Tukar pasangan DI pUncak

Cerita Seks. Hari Sabtu kami (aku dan Lily istriku) berangkat menuju ke Puncak sesuai rencana, kami akan bertemu dengan Erwin dan Diana istrinya di Puncak Pass, kemudian bersama-sama menuju ke vila keluarga di daerah Cipanas.

Pukul 11.00 siang kami sudah berada di Puncak Pass, ternyata Erwin dan Diana sudah menunggu kedatangan kami. Dengan memakai rok terusan berbelahan dada agak rendah tanpa lengan, Diana kelihatan begitu cantik, apalagi dengan rambut yang dipotong pendek sehingga menambah pesona dirinya, terlihat lehernya yang putih jenjang.

Setelah makan dan berbincang sebentar kami sepakat untuk menukar penumpang, Lily istriku ikut mobil Erwin begitu sebaliknya Diana ikut mobilku. Beriringan kami menuju ke Cipanas dengan mobil Erwin di depan. Jalanan sudah mulai padat, sehingga kami mulai kehilangan pandangan atas mobil Erwin. Selama perjalanan menuju vila, tangan Diana mulai menggerayangi selangkanganku, sesekali kubalas dengan elusan di pahanya dengan menyingkap roknya ke atas paha.

45 menit kemudian sampailah kami di vila keluarga P.Gun, ternyata mobil Erwin belum kelihatan. Tempatnya cukup terpencil dan jauh dari keramaian, hanya hamparan kebun teh di sekelilingnya, tidak ada tetangga atau vila lain dalam radius ratusan meter. Vila tersebut sangat besar dengan 5 kamar tidur dan kolam renang yang besar, bangunan untuk pengurus vila terletak jauh di belakang yang dihubungkan jalan setapak melewati taman.

Diana segera memberi instruksi ke pengurus rumah agar acara kami tidak terganggu, mengijinkan mereka pulang selama kami di sini, kecuali siang untuk membersihkan dan menyiapkan makan siang, jadi praktis vila tersebut tanpa pembantu yang mengganggu.

Kemudian Diana kembali ke teras depan dimana aku duduk sambil menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya hawa pegunungan. Langsung saja dia duduk di pangkuanku. Tanpa menunggu lebih lanjut, kupeluk tubuhnya dan kami berciuman di kursi teras depan diselingi angin sepoi daerah puncak yang dingin.

“Disini lah pertama kali aku melayani Erwin dan Papanya.” bisiknya sambil menjilati telingaku.
Tapi aku tidak terlalu memperhatikan, tanganku segera menjelajah ke tubuhnya yang menantang, buah dada adalah sasaran pertamaku, masih terasa kenyal dan padat seperti yang kurasakan beberapa waktu yang lalu. Kuremas dengan penuh nafsu pada kedua bukit di dadanya secara bergantian, sementara tanganku satunya membuka resluiting baju di belakang. Sekali terbuka maka rok terusan itu merosot turun hingga ke pinggang, dan tampaklah buah dadanya yang putih mulus dengan berbalut bra satin biru tua, sungguh kontras dengan kulitnya yang putih mulus, menambah sexy tubuhnya.

Ciumanku mulai mendarat di leher jenjangnya, tanganku tidak pernah lepas dari dada Diana. Dia hanya menggelinjang dan mendesah ketika lidahku menjelajahi lehernya, terus turun hingga bahu dan berputar di sekitar dada. Dinginnya udara puncak tidak dapat mengusir panasnya birahi kami berdua. Diana menjambak mesra rambutku ketika putingnya kukeluarkan dari bra-nya dan kupermainkan dengan lidahku, sambil tanganku mulai menyelinap di balik roknya dan menjelajah di sekitar pangkal pahanya yang masih tertutup celana dalam halus. Terasa lembab dan basah di antara pahanya.

“Sshh.. agh..!” desahnya di dekat telingaku sambil sesekali mengulum daun telingaku, membuatku kegelian dalam kenikmatan.
Akhirnya dengan sekali sentil di kaitan bra, maka terlepaslah bra dari tempat semestinya. Kini terpampang tepat di wajahku kedua belahan buah dada yang putih montok dengan puting yang kemerahan, sungguh indah dan menantang untuk diremas dan dikulum. Maka segera kudaratkan bibirku di antara kedua bukit itu dan kembali lidahku menjelajahi kulit mulus itu terus mendaki ke puncak bukit.

Kuputar-putar jilatanku di sekitar putingnya sebentar, lalu kukulum putingnya dan kusedot dengan gigitan-gigitan ringan nan nakal. Diana makin menggelinjang, pantatnya mulai digoyang-goyangkan di pangkuanku, sehingga menekan dan menggesek-gesek kemaluanku yang sudah menegang. Tangan kiriku sudah masuk di balik celana dalamnya yang basah. Mulanya satu jari masuk ke liang vaginanya, kemudian dengan dua jari kukocok vaginanya sambil kusedot kedua putingnya secara bergantian.

“Aaghh.. yess.. yaa.. truss.. sshh..!” desahnya makin kencang tidak perduli dengan suasana sekitar, bahwa kami masih di teras villa.
Goyangan pantatnya makin kencang seirama kocokan jariku di vaginanya. Kemudian dia berdiri, dengan sendirinya roknya merosot ke bawah, hingga tinggal celana dalam yang masih menempel, sekali tendang terlemparlah rok itu entah kemana.

“Nggak adil, aku sudah hampir telanjang horny tapi kamu masih lengkap.” katanya sambil melepas kaosku dan langsung jongkok di depanku.
Dibukanya celanaku dan dikeluarkannya alat kebanggaanku dari sarangnya.
“Aku rindu batang besar ini..!” katanya sebelum bibirnya mungilnya menyentuh ujung kejantananku yang menegang.
Ujung kejantananku sudah basah, lidah Diana menari-nari di lubangnya sambil tangannya mengocok batangnya. Kepala kejantananku sudah berada dalam kuluman mulut manisnya, sementara tangannya menjelajah ke bawah ke kantong bola, dan tangan satunya memilin ringan putingku. Aku begitu terangsang dan kelojotan kenikmatan dibuatnya.

Kupegang kepalanya dan kugoyangkan pinggulku sehingga aku dapat mengocok mulutnya dengan kejantananku. Meskipun Diana tidak dapat mengakomodasi semua kejantananku yang 17 cm panjang dan 4 cm diameter, tapi dia cukup memberi rangsangan dengan menggoyang-goyangkan kepala saat kukocok mulutnya. Diana seperti kewalahan menghadapi kocokanku di mulutnya. Kuangkat tubuhnya, kutarik celana dalamnya ke bawah hingga terlepas lalu kutelentangkan di meja teras tubuh telanjangnya.

Baru kali ini aku dapat melihat dengan jelas tubuh telanjang Diana, begitu putih mulus dan padat berisi, sungguh beruntung Erwin mendapatkan istri Diana dan sungguh beruntung aku dapat ikut menikmati tubuh indah dan seksinya. Aku jongkok di antara pahanya, kucium aroma khas dari vaginanya yang sudah basah, kembali kumasukkan jariku ke liang vaginanya sambil kujilati klitorisnya yang merah mudah dan dikelilingi rambut halus tipis di sekelilingnya.

Diana menarik rambutku dan memaksanya untuk masuk lebih dalam lidahku ke vaginanya. Jilatan lidahku langsung menelusuri bibir vaginanya hingga akhirnya mengganti kocokan jari tangan dengan kocokan dan jilatan lidah di vagina basahnya. Diana kembali mendesah atau lebih tepatnya teriak histeris dalam gelombang kenikmatan. Tidak mau ‘menyiksa’-nya lebih lanjut, maka aku berlutut dan mengatur posisiku di antara kakinya yang kurentangkan terbuka lebar. Karena aku masih ingat pada pertemuan terakhir, lubang vagina Diana terlalu sempit untuk ukuran kejantananku, hingga dia menjerit pada saat awalnya.

Dengan perlahan kuusap-usapkan kepala kejantananku di bibir vaginanya. Aku tidak mau terlalu bernafsu untuk segera memasukkan ke dalam, karena itu akan membuat dia kesakitan. Setelah kurasakan cukup, perlahan kudorong kejantananku masuk sedikit demi sedikit sambil menikmati expresi di wajah cantik Diana ketika menerima kejantananku di vaginanya yang sempit. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya yang mungil dan tangannya meremas pinggiran meja.

Aku menghentikan sesaat doronganku untuk memberi dia kesempatan bernapas, kemudian kulanjutkan untuk membenamkan sisa dari batang kejantananku di vagina Diana. Setelah semua masuk, kudiamkan sejenak untuk kembali menikmati expresi wajah Diana yang memerah dalam kenikmatan.
“Sshh.., yess.., lakukan dengan pelan..!” katanya pelan bercampur desahan.
Perlahan kutarik kejantananku keluar dan memasukkan lagi dengan pelan, semakin lama semakin cepat hingga aku dapat mulai melakukan kocokan-kocokan ke vaginanya.

“Yess.. ya.. ouugghh.. yess.. good.. I love it.. I like it.. I miss it..!” desahnya.
Tangan Diana sekarang meremas kedua buah dadanya sendiri yang dari tadi bergoyang-goyang mengikuti goyangan atas kocokanku. Dipilinnya sendiri kedua putingnya sambil tetap mendesah dan mengerang dalam kenikmatan birahi. Kunaikkan kedua kakinya ke pundakku, sesekali kujilat dan kukulum jari-jari kakinya sambil mengocok vaginanya, Diana makin menggelinjang.

“Ougghh.. sshhit.. aaku..” belum sempat dia menyelesaikan desahannya, kulihat tubuhnya menegang dan kurasakan denyutan dan remasan dari dinding vaginanya.
Kemudian tubuhnya terkulai lemas di atas meja teras, aku masih belum menyelesaikan hasratku, bahkan belum separuhnya terpenuhi.
“Udah Hen, istirahat dulu, aku udah keluar, enaak banget, lemes nih..!” katanya memelas padaku.
Tidak kuperdulikan permintaannya, kocokanku makin kutingkatkan frekuensinya. Diana melotot padaku, tapi jadi tambah cantik dan lebih menggairahkan.

Kemudian kutelungkupkan tubuhnya di atas meja dan kakinya berlutut di lantai, aku masih ingin menikmati anal sex padanya tapi belum kesampaian. Kulakukan seperti yang dilakukan dengan suaminya di Singapore tempo hari, dimana dia mendapatkan double penetration denganku di vagina dan suaminya di anal.

Kuusapkan kejantananku yang basah di analnya, tapi Diana menolak, dia membimbing kejantananku ke vaginanya. Maka tanpa menunggu lagi, kusodokkan kejantananku dengan keras ke vaginanya.
“Aauugghh.. yess..!” dia menjerit kaget, tapi terus berlanjut dengan kenikmatan.
Kupegangi pantatnya dan kutarik maju mundur seirama dengan kocokanku. Dengan posisi seperti doggie style, penetrasi kejantananku di vaginanya dapat masuk ke dalam dan kurasakan kepala kejantananku menyentuh seperti rahimnya.

Kocokanku semakin lama semakin keras menghantam dinding vaginanya, kuputar-putar pantatku untuk memberikan gairah erotik pada Diana. Kedua tangan Diana kupegang dan kutarik ke belakang, kini dia bergantung pada tangannya yang kupegangi. Tidak lama kemudian kepalanya digoyang-goyangkan pertanda dia kembali mengalami orgasme hebat, tapi tetap aku tidak mau menghentikan kocokanku. Aku kembali duduk di kursi, Diana kutarik ke pangkuanku. Perlahan dia menurunkan pantatnya sehingga kejantananku melesak mulus masuk ke vaginanya.

Kini giliran dia ambil kendali. Diana mulai menggoyang goyangkan pantatnya, sehingga kejantananku terasa dipelintir di dalam vagina. Kusedot dan kupermainkan puting buah dadanya yang bergoyang-goyang di depan wajahku. Diana kembali mengimbangi permainan ini dengan posisi seperti itu dia bebas berkreasi, baik bergoyang maupun turun naik, ganti aku yang dibuat kelojotan olehnya. Dari expresi wajahnya aku yakin dia sudah orgasme untuk kesekian kali dengan posisi seperti ini. Dia sungguh menikmati posisi seperti ini.

Aku sudah hampir sampai di puncak kenikmatan ketika tiba-tiba kudengar bunyi klakson mobil dari luar pagar, tentu saja mengganggu kenikmatan dan konsentrasi kami berdua.
“Sialan..!” gumanku karena puncak yang sudah hampir terengkuh buyar begitu saja.
Diana hanya tertawa menggoda mendengar gerutuanku, tentu saja dia sudah mendapatkan puncak kenikmatan birahi beberapa kali sementara aku belum. Dia segera turun dari pangkuanku. Dengan tetap telanjang kemudian lari menuju pintu pagar yang tinggi dan tertutup fiber, lalu membukanya. Masukklah mobil Mercy Erwin ke halaman vila.

Cerita Ini Bersambung.

Leave a Comment

Seks Dengan Om

Lanjut lagi cerita seks aku. Om suamiku bekerja sebagai freelance di beberapa perusahaan. Suamiku minta tolong pada dia untuk memberikan pelatihan bagi karyawan di perusahaannya. Suamiku itu punya dealer mobil yang ada di 3 kota besar di Indonesia, Jakarta, Surabaya dan Medan. Dengan demikian dia sibuk sekali dengan pekerjaannya. Setiap minggu pertama dan minggu ketiga dia fokus di headofficenya, ya di Jakarta lah, masak di Citeureup. Sedang minggu ke 2 di terbang ke Surabaya dan minggu terakhir dia ke Medan. Itu rutin dilakukannya sehingga waktu untuk aku benar2 tersisa sedikit sekali. Kalo toh di headoffice, dia lebih menyibukkan diri dengan menangani pelbagai urusan kantornya sehingga pulang selalu larut malam dan
dalam kondisi sudah letoy. Tau sendiri deh lelaki kalo pulang dah letoy maunya kan langsung ngorok aja setelah membersihkan diri. Sebagai prempuan muda, aku masih sangat menginginkan cumbuan2 panas, gak usah selalu ditempat tidur, dimana aja disekeliling rumah, toh kami belon punya anak dan pembantu tinggalnya terpisah dari rumah induk. Malem, praktis pembantu akan undur diri setelah menyelesaikan tugas mreka yang terakhir, cuci piring abis makan malem. Itu juga cuma buat aku seorang karena suami praktis gak pernah makan dirumah kecuali weekend, itu juga kalo dia gak lobby ke pejabat. Ya trima nasib lah. mo gimana lagi,
yang pentingkan kebutuhan yang laen slalu dipenuhi suami.

Kebetulan pas om dateng untuk menyiapkan pelatihan, suami tidak di Jakarta, sehingga akulah yang harus menemaninya mondar mandir ke kantor, dimana pelatihan akan dilaksanakan. Karena gak mo rugi, pelatihan dibikin hari sabtu dan minggu. Minggupun sampe sore. Kalo aku pikir2 kebangetan juga suamiku sama karyawannya, training aja gak mo rugi waktu kerja. Jumat siang si om dateng ke rumah ngajak aku ke kantor suami untuk mempersiapkan pelatihan besok harinya. Si om ganteng juga sih, umurnya 40an tapi bodinya gak gendut kaya lelaki seumurnya pada umumnya. Dia sangat menjaga penampilan fisiknya dengan rutin olahraga.
Siang menjelang sore, dia sampe dirumah, perawakannya yang tinggi besar dibalut dengan busana kerja dan dasi yang menempel dilehernya. Aku seneng banget deh liat lelaki seperti dia. Dia menjemputku. Ketika keluar rumah, aku yang berjalan dibelakangnya melihat kerah kemejanya melipat keatas, mungkin ketika memasang dasi. “Om”, panggilku. Dia berhenti melangkah, membalikkan diri menghadap ke aku, “Kenapa Sin, ada yang ketinggalan?” “Gak om”, terus aku menghampirinya dan mengalungkan ke 2 tanganku di lehernya untuk membetulkan kerah bajunya yang melipat. Dengan demikian, mukaku berada dekat dengan mukanya. Dia menatapku
taam. Selesai membenarkan kerah kemejanya, tiba2 dia mengecup keningku, “Trima kasih cantik”. Aku kaget juga karena kecupan itu. Mukaku memerah. “Kok mukanya merah Sin, masak gitu aja malu”. “Gak kok om, kaget aja”. “Napa kaget, ngarepin yang dicium bukan kening ya”. Aku makin kaget dengan becandaannya. Aku bales becanda, “Memangnya om mau cium Sintia dimana”. “Di bibir kalo boleh”, wah to the point sekali. Tapi dia cuma tertawa dan langsung keluar rumah. aku tertegun mendengar ucapannya, tanpa terasa aku mengusap bibirku sendiri. Asik juga kali ya dicium si om, palagi kalo kumisnya menggesek hidung dan bibirku, asik kali yah. Suamiku gak kumisan soale.

Kami menuju ke kantor suami menembus kemacetan kota. Di kantor, aku minta tolong sekretaris suami membantu si om. Si om minta di printkan materi pelatihan, kemudian di fotocopy sejumlah peserta. Semetara itu dia menyiapkan ruang rapat, dia ubah layoutnya sehingga memadai untuk dijadikan ruang pelatihan. Beberapa office boy membantu dia, selama itu aku ya cuma mbuntutin dia aja kemana dia pergi. Dia gesit sekali membereskan ruang. Setelah ruangan beres, dia minta disipakan peralatan pelatihan laennya seperti whiteboard, marker, flipchart beserta kertasnya, layar, lcd projector. Sekretaris juga diminta untuk mengkontak perusahaan
catering langganan untuk menyiapkan konsumsi untuk 2 kali snack dan makan siang untuk 2 hari pelatihan. Lewat magrib baru semua urusan selesai, lama nunggunya karena harus fotocopy diluar. Baeknya semua berjalan paralel sehingga waktu menunggu ampir tidak ada, kecuali aku yang gak ngapa2in ya nunggu si om slesai.

Slesai urusan di kantor, dia ngajak aku makan dulu, “Daripada kamu makan ndirian dirumah mending kan nemenin aku”, katanya. Aku nelpon kerumah memberitahu pembantu untuk tidak menyiapkan makan malem, artinya pembantu slesai deh urusannya untuk hari ini. Deket kantor suami banyak tempat makan, dia ngajak aku makan disalah satu resto. Sambil makan kami ngobrol ngalor ngidul. aku nekat aja nanya, “Om beneran mo cium bibir Sintia tadi”. “Napa nanya, kamu mau gak aku cium bibirnya”. “Geli kali ya om kegesek kumis”. “Bukan cuma geli kali Sin, napsuin”. “Masak sih om”. “Terang aja kamu gak tau, kan suami kamu plontos gitu”. Aku tertawa aja. “Kamu tu ditinggal2 terus apa gak kesepian, mangnya gak usaha apa gitu”. “enggak om, gak boleh ma siabang (suamiku)”. “O dia gengsi ya kalo istrinya mesti kerja juga, dah jadi bos sih”. “Kali juga om”. “Ya bantuin nangani kerjaan di kantor, kan kamu sekolah manajemen kan”. “Iya sih om, tapi si abang gak suka tuh kalo aku ikut ngurusin kerjaannya”. “Sayang ya, padahal kamu cantik gini, sexy pula”. “apanya yang sexy sih om, biasa aja kalee”. “Ya sexy lagi, tuh lelaki di resto ini aja banyak yang ngelirik kamu”. Memang sih, aku kebetulan pake pakean yang pas badan sehingga semua lekak liku di badanku jadi terpampang dengan jelas. Si om aja kalo ngeliat bodiku kaya ngiler gitu, maklum deh dia tinggal sendiri soale, dah pisah lama dari bokinnya. Kami sanatap maleam santai, selesai makan dia nganterin aku pulang, “Besok aku jam 7an jemput kamu ya Sin”. “Mangnya Sintia mesti ikut ya om”. “Iyalah, kamu kan mewakili suami, skalian nemenin aku lah”. “Wah ngantuk dong om seharian”. Tapi aku turuti ja ajakannya.

Besoknya seharian aku bengong aja, aku duduk aja diruang kerja suami, browsing ke internet aja, buka imel, chat ma tetem2 yang kebetulan lagi online. Ketika break, dia masuk ke kantor, kami ngobrol sebentar karena waktu break cuma seprapat jam. waktu lunch kita makan nasi kotak dari catering, ramean ma sekretaris. Rupanya dia pesen juga untuk dirinya, ya gak apalah, itung2 upahnya dia sibuk2 kemaren sore sampe lepas magrib baru bisa pulang. Demikian juga waktu break sore. Selesai pelatihan hari pertama, dia ngajak aku makan lagi di resto laennya lagi, tentunya
makanannya beda. Sambil makan kembali dia ngajakin aku ngobrol. “Sin, pantesan kamu gak punya2 anak, gak pernah diisi ya”. “emangnya botol pake diisi segala”. “Mangnya jarang maen ya Sin”. “Maen paan sih om, gundu?” “Iya mulainya kan kamu maenin gundu siabang”. Aku tertawa. “Kalo dia pulang terus gak sempet pake baju lagi dong”. “Kok?” “Iya maen gundu dan maen bilyard kan”. “Kok bilyard?” “Iya nyodok bola masuk lobang”. “Bukan bola om yang disodok”. “Iya ya, stiknya yang masuk lobang, bolanya mah ketinggalan diluar”. Kemabli aku tertawa. “Iya ya Sin”.
“Iya paan sih om”. “Maen abis2an kali dia pulang”. “Ya gitulah om, dah lama gak dikluarin, ntar jadi odol lagi”. “Mangnya kamu yakin dia gak maen disana”. “Gak taulah om, tapi setiap pulang pasti dia menggebu2 maennya, ampe lemes Sintia”. “Mangnya brapa kali maennya”. “Suka 2-3 kali om”. wah kenyang dong kamu, non stop?” “Gak lah om, pake istirahat, malem trus paginya lagi”. Kan baru 2 kali, trus skali laginya kapan?” Kan Sintia bilangnya 2-3 kali, kalo ampe 3 kali ya malemnya 2 ronde”. Kalo dia di Jakarta maennya juga 2-3 kali gitu, ya enggaklah om, pulang ja dan malem banget, dah letoy, terus tidur, paling weekend, itu juga kalo dia gak
entertain pejabat ato customer besarnya”. Kalo weekend juga 2-3 kali”. “Gitulah om”. Tapi kok gak hamil2 ya kamunya”. “Gak tau deh om”. “Mangnya dia maennya cepet keluar ya”. “Gitulah om”. “Kasian, dah jablay, gak ngerasa enak lagi, masak yang ke 3 juga cepet sih”. “Ya enggak sih om, kalo ampe 3 kali lamaan dikit, baru Sintia bisa ikutan nyampe”. “Yang ke 2 juga cepet?” “Sukanya sih gitu om”. “Waduh bener2 deh sengsara tu namanya”. Pembicaraan kualihkan kelain topik. Selesai makan dia nganterin aku pulang.

Hari brikutnya ya rutin aja, pelatihan berjalan sesuai jadwal yang sudah disusun, tapi slesainya lebih cepet atas permintaan peserta. Aku sih ok aja dengan percepayan waktu itu, yang penting kan semua topik sudah dibahas. Selesainya training, “Om, makan dirumah aja ya, anti biar Sintia minta pembantu pesen dari resto deket rumah, enak kok makanannya”. Dia sih oke aja. Aku call pembantu aku untuk pesen makanannya. Sampe ke resto deket rumah, aku ambil pesenanku dan sekalian bayar. Di rumah, aku sendiri yang ngeberesin makanan sementara dia duduk disofa nonton tv. Aku sudah mengambilkan air putih segelas, sesuai permintaanaya. Lama
juga aku ngeberesin meja, pembantu gak aku minta bantuin, sehingga dia
menghilang kekamarnya. Aku mberesin meja, ngangetin nasi dulu karena dah dingin, maklum deh masaknya kan pagi. Slesai mebersin semuanya, aku manggil dia, “Makan yuk om”, sambil menuju ke sofa. Kulihat dia terbaring disenderan sofa, tertidur rupanya. aku duduk disebelahnya, kutowel2 dia, “Om bangun, makan yuk”. Dia membuka matanya, gak tidur rupanya, mungkin istirahat sejenak. Tapi dia tidak bergerak dari posisi senderan, dia tersenyum memandangku, “Sin, kamu tu cantik banget”. Mendadak dia menegakkan duduknya, memeluk aku dan mencium bibirku.
aku kaget, secara reflex aku memberontak tapi dia mengunci aku dalam pelukannya sehingga aku terdiam merasakan bagaimana bibirnya dengan lapar mengulum2 bibirku. Gesekan kumisnya ke idung ku memberikan sensasi sendiri, bener kata dia, napsuin. Pelan2 timbul gairah pada diriku selama dia mengulum2 bibirku. aku merangkul lehernya sehingga dia makin seru aja menciumku. Ketika dia melepaskan bibirku, “Gimana, napsuin gak kegesek kumis”. “Om sih genit”. “Tapi kamu suka kan”. Aku cuma ngangguk, “Yuk makan dulu om, ntar keburu dingin”. “Kalo kamu dingin aku angetin aja”. Dia tertawa dan bangkit dario sofa, mengikuti aku ke meja makan.

Setelah makan, dia bantu beresin meja lagi, aku mencuci bekas makan, dia juga bantu aku. Romantis juga nyuci piring ditemein gitu. Selesai cuci piring kita kembali keruang keluarga, sambil berdiri kembali dia memelukku dan mencium bibirku. kali ini aku menyambut ciumannya. ntuk sesaat kami berdiri berpelukan, sementara bibir kami saling mengemut, lidah kami saling berbelit didalem mulutku. Tangannya mengelus2 punggung dan meremas pantatku, dia menekan badanku ke badannya. Terasa ada yang menonjol diselangkangannya. “Om dah keras ya”, bisikku ketika dia melepaskan bibirku. Dia tersenyum, “Dah lama aku ngarepin bisa berduaan ma kamu Sin, kamu menggugak seleraku banget. Bodo skali suami kamu, ninggalin
prempuan sesexy kamu trus2an”. “Aku gak menjawab, aku menyenderkan kepalaku ke dadanya yang bidang, dia mengelus2 rambutku. Dia meredupkan lampu ruang keluarga dan kembali memeluk dan menciumku, romantis sekali. Aku dah terlena karena aksinya itu. “Mandi yuk Sin”. aku menurut aja ketika dia menggandeng aku ke kamarku, dan masuk ke kamar mandi.

Dia melepaskan pakean luar ku sepotong2, dia terbelalak ketika melihat aku cuma pake daleman yang model bikini, tipis lagi. “Sin kamu sungguh sexy hanya memakai daleman bikini. Toket kamu besar dan kencang, pinggang kamu ramping dan pinggul kamu besar, sungguh merangsang”, katanya memuji. Aku hanya tersenyum mendengar pujiannya. Dia melepaskan bajunya. dadanya bidang dan sedikit berbulu, menambah kegantengannya, walaupun kulitnya gelap. “Om suka prempuan yang kaya apa?” “Yang kaya kamu gini Sin, muda, cantik, seksi, dada dan pinggul besar, dan bulunya
lebat”. “Om senang dengan yang bulunya lebat”. “Ya, karena prempuan yang bulunya lebat hot sekali kalo diajak maen. Gak puas cuma sekali maen. cuma aku belum tau bulu kamu lebat atau tidak”. “Om priksa saja”, tantangku. Aku dah hanyut terbawa suasana, aku dh gak mikir kalo dia om siabang. dia kembali memeluk dan mencium bibirku. “Om punya besar ya”, kataku tanpa tedeng aling2. “Kalau kamu pengen tahu, kamu lihat saja”, katanya sambil tersenyum. “Tidak apa-apa kok..” Aku lalu melepas celana panjangnya, tinggal cd aja. Kontolnya kliatannya besar tapi dalam keadaan belum ngaceng sekali. “Hai..lihat ini”, katanya sambil melepaskan cdnya. tangan kirinya memegang kontolnya sendiri dan tangan kanannya memegang tangan kiriku. Aku melihat kon tol si om yang besar berwarna hitam dengan kepala kon tol seperti topi baja. “Kamu lihat ini dan pegang saja!” katanya. “Wihh takut akhh..” desahku dengan suara serak. “Tidak apa-apa biar kamu tidak penasaran lagi”, katanya. Aku masih terpaku melihat kon tolnya. Dia langsung mencium pipiku perlahan. Karena aku masih diam saja maka wajah aku dipegangnya dan dia mencium bibirku dengan perlahan. Aku membalas ciuman itu dengan membuka bibirku, serta merta dia melumat bibirku dan memasukkan lidahnya. “Emmhh..” desahku perlahan. “Kamu suka kan Sin ngeliat aku punya” bisiknya di kupingku. Aku
hanya mengangguk.

Melihat reaksi positif dari aku, tangan kiriku diarahkan untuk memegang kontolnya. Walaupun belum keras tapi sudah berdiri tegak, kon tol itu
berikut biji pelernya yang ditutupi jembut lebat. Aku mulai memegang kontolnya dan ternyata walaupun masih lemas jari telunjuk dan ibu jariku tidak dapat bersentuhan (membuat bentuk huruf O). Hal ini membuat aku penasaran ingin melihat secara jelas bentuk kontolnya kalo udah ngaceng, “Aakkhh gedee bangeet..” desahku dengan suara parau. Kemudian dia sambil mencium telingaku berbisik, “Kamu kocokin dong..” desahnya. Aku menuruti permintaannya dan perlahan jariku mulai mengurut ke atas dan ke bawah, dan dalam relatif singkat kontolnya tersebut ngaceng dengan
kerasnya di tangan aku. Panjang dan besar. “Emmhh.. akhh..” desahnya. Sementara aku terus mengocok kontolnya, dia pun dengan nafsunya mengulum bibirku dan jemarinya dengan cepat membuka ikatan braku. Dengan sigap dia langsung meremas toketku yang telah mengeras. “Akhh enak om” desahku menggelinjang. Bibirku dilepasnya dan mulutnya langsung mendekat ke dadaku sambil terus meremas perlahan. Pentilku dihisap sambil dijilat, toketku berganti-ganti diremasnya sehingga, “Akhh.uuff..” erangku keenakan. Wajahku sudah menengadah ke atas
dengan posisi pasrah, sementara tangan kiriku terus mengocok kon tolnya yang besar dengan makin cepat, kadang-kadang kuremas kon tol itu dengan kuat karena aku sudah tidak bisa menahan rangsangan yang ada pada sekujur tubuhku. “Ooohh…” desahku keenakan. Tangan kananku menekan kepala dia ke dadaku sementara tangan kiriku sudah tidak beraturan mengocok kon tol besarnya. Dia segera membuka ikatan cdku sehingga menyembullah pahaku dan gundukan nonokku yang ditutupi oleh jembut hitam lebat. “Kamu mulus sekali Nes, bulu kamu lebat sekali..” bisiknya sambil tangannya mengusap pahaku. “Ahh om..” aku tersenyum keenakan. Aku hanya mendesah dan menggelinjangkan pinggulku sambil
merenggangkan pahaku ketika jari-jarinya itu mulai merayap perlahan, mengelus dan menekan sekitar atas nonokku yang ditumbuhi jembut dan menyebarkan aroma yang khas. Kami sama-sama mendesah dan mengerang perlahan. “Wanginya sangat merangsang sekali”, katanya sambil mendesah. “Emmhh..” desahku sambil mengerakkan pinggulku ke kiri dan ke kanan. Jarinya mulai menyentuh belahan nonokku dan mengusap perlahan terus dari atas ke bawah. Belahan nonokku sudah terlihat basah dan menjadi licin dan makin menyebarkan aroma yang membuat si om
dan aku menjadi makin terangsang. Aku sudah melepaskan kontolnya dan kedua tanganku terkulai lemas meremas kepalanya, kadang-kadang mengusap punggung nya. Dia sabar sekali, sementara tangan kiri terus membelai belahan nonokku, tangan kanannya meremas toketku, sementara itu mulutnya menghisap pentilku yang telah mengeras serta menjilati permukaan toketku atau mengulum bibirku. Kurang lebih 20 menit dia telah merangsang sekujur tubuhku. Dia dengan leluasa menggerayangi sekujur tubuhku. Aku hanya tersenyum puas dan pasrah diraba dan diremas si om. Dia pun menciumi seluruh tubuhku yang telah polos, bahkan sampai ke punggung pun dia ciumi dengan penuh gairah. Sungguh sensasi luar biasa.
Dia mengajakku kembali ke kamar dan membaringku aku ditempat tidur. Gak jadi deh acara mandinya, masih ada acara laen yang lebih urgent rupanya buat dia.

Dia terus membelai belahan nonokku tanpa dia berusaha memasukkan jari tengah tersebut ke dalam nonokku yang telah terpampang dengan pasrah. Sementara aku telah dalam posisi setengah rebahan dengan kaki terbuka mengangkang. Dia melihat aku sudah pasrah dan seluruh badanku bergetar menahan napsuku yang berkobar2. Segera dia merubah posisi badannya menghadap ke aku. Dia berlutut di depanku yang telah mengangkangkan kakiku sehingga posisi badannya sekarang telah berada di antara kedua kakiku yang mengangkang lebar dan nonokku yang telah terlihat jelas telah basah. kon tolnya yang benar-benar luar biasa besarnya telah berada di depan permukaan nonokku. “Pelan2 om”, bisikku. “Ya, aku akan pelan2,
kamu harus mencobanya”, desahnya sambil mulai mengarahkan kontolnya ke nonokku yang telah terbuka sedikit akibat jari-jarinya yang terus membelai belahan nonokku. “Aku tempelkan saja dahulu kon tol ini sampai kamu siap..” katanya merayu sambil lidahnya menjilati sekitar kupingku. Aku yang keenakan lalu membiarkan dia melanjutkan aksinya, dengan menjepit pinggangnya dengan kedua kakiku, aku melihat kontolnya yang besar itu ditempelkan tepat di belahan nonokku yang telah basah. Aku merasa kontolnya mulai secara perlahan menggeser di belahan nonokku. “Oohh..om.. enaakk.. ” erangku. “Uuuff..” desahnya keenakan, “Yaa enakk Sin..”. “Teruss digesek dan ditekan om..” pintaku. “Ya sayang..” katanya
mulai mempercepat gesekan di belahan nonokku. “Tekan teruuss om..” erangku yang makin lama semakin keenakan. “Enaakk.. oohh..puasin Sintia, om” desahku dengan suara yang telah parau. Posisi kakiku telah mengangkang dengan lebar membuat dia lebih leluasa menggerakkan dan kadang mendorong kontolnya ke depan sehingga lebih menekan dan menggesek belahan nonokku. Kulihat nonokku telah terbelah bibirnya karena tekanan dan gesekan kon tolnya, kepala kon tolnya mulai secara beraturan menyentuh dan mendorong itilku. “Aahh.. aduuhh..ennaakk”, desahku sementara tanganku telah berada di belakang punggungnya dan sambil menekan pantatnya. “Emh.. ” erangnya menahan sesuatu. Aku tahu dia sudah ingin menerobos masuk ke dalam nonok ku tapi kerena aku tidak mengatakannya dia berusaha menahan keinginannya.

“Om.. eeng..” aku bergumam, aku telah siap dimasuki oleh kon tol besar itu. Aku mendorong dan menarik pantatnya sedangkan posisi kepala kontolnya melewati itilku. Terlihat kontolnya mulai bergerak mengikuti arahanku, mencoba untuk terus menerobos liang nonokku yang akan terasa sempit sekali untuk ukuran kon tol sebesar dia punya. Kepalaku sudah menengadah ke atas dengan mata terbelalak tinggal putihnya, sementara mulutku terbuka mengerang, “Ahh..” “Sin..akhh”, desah
nya meminta kepastian kesiapan aku apakah seluruh kontolnya dapat menerobos masuk ke dalam nonokku. Tapi aku sudah tidak dapat berkata-kata karena mulutku hanya dapat menganga terbuka. Dia terus melanjutkan aksinya dengan posisi sama seperti sebelumnya. Terlihat kon tolnya terus berusaha menekan nonokku dengan kepala kontolnya yang besar itu, tapi dia menarik kembali ketika aku mulai seperti orang tercekik. “Uuff.. ” desahnya sambil terus memajukan dan menarik pantatnya dan makin lama semakin cepat. Kepala kon tolnya terus menekan itilku berulang-ulang kadang masuk kadang di luar bibir nonokku. “Akhh.. engg.. aakhh” aku mencengkeram pantatnya kuat-kuat dan akibat sundulan kepala kontolnya, “Oohh..Sintia..nyampe om.. uuff..aah.. enaak..” erangku kelonjotan dan bergetar seluruh badanku di dalam pelukannya. Dia merasakan siraman cairan hangat dari dalam nonokku yang terus mengalir membasahi batang dan kepala kontolnya, membuat kon tol itu menjadi mengkilap dan basah. “Kamuu..nyampe ya Sin.. ” desah nya dengan nafas berirama, nafasnya terdengar keras. “Eeennakk.. oohh Sintia..puaass”, aku terus mengerang karena terus merasakan sundulan kepala kon tolnya
di dalam nonokku .

Ternyata hanya sebatas leher kepala kon tolnya yang terbenam di dalam nonokku dan terasa terus menggesek dinding nonokku. “Teruss.. om..tekan teruuss.. oohh.. benar enak.. ahh..” aku tersenyum puas melihat dia masih terus berusaha memberikan rangsangan di sekitar dinding nonokku. dia melihat aku tersenyum dan ikut tersenyum puas. “Kamu puass..Sin. enak.. kan..” dia tersenyum sambil menjilat bibirnya sendiri. “Biar kamuu.. lebih puaas Sin..” katanya sambil terus menghujamkan sepertiga kontolnya ke dalam liang nonokku. Terdengar bunyi, “Sleepp..ahhkk.. brreet..” rupanya nonokku terus semakin basah dan semakin licin untuk kon tolnya yang terjepit di nonokku. “Gilaa.. kamuu rapat sekali lubangnya.. uuffhh.. susah.. Sin.. untuk masuk..” Dia penasaran sekali dengan nonokku yang terlalu sempit. Gila memang, kon tolnya yang besar itu berhasil menggelosor keluar masuk di nonokku. Posisiku sudah ditindih oleh badannya. Sementara dia menaik-turunkan pantatnya berirama. kon tolnya yang besar dan panjang itu sebagian telah keluar masuk di dalam nonokku, sementara gerakannya makin lama semakin lincah karena nonokku terus
mengeluarkan cairan yang membuat kon tolnya terus dapat menerobos dinding nonokku. “Aakkhh.. eennak. teruuss..tekan..om… Sintia mau kon tol gedee.. ahh enaaknya kon tol om..” aku kelojotan dihujami kontolnya walaupun belum semua kontolnya masuk menembus nonokku. Aku terus meremas pantatnya dan kadang menekan pantat itu ke bawah. “nonok kamu masih sempit sayang . oooh nikmatnya nonok kamuu.. enak..adduuhh kontolku..dijepit aah enak.. haa.. haa.. mhh.. ennak..” dia merem-melek keenakan. “Sleep.. poof..breett.. aahh..” gerakan pantatnya menekan dua kali dan memutar dua kali, dia terus menekan agar kontolnya lebih masuk lagi ke dalam nonokku. Setelah 2 sampai 3 kali menekan kontolnya ke
dalam, pada saat menekan terakhir pantat nya memutar ke kiri dua dan ke kanan dua kali. Aku sudah tidak sempat lagi bergerak, posisiku hanya mengangkangkan kaki lebar-lebar dan tanganku hanya dapat memegang punggungnya dan sekali menjambak rambutnya yang sudah mulai 2 warna, hitam dan putih keperakan. Sementara nafasku tidak beraturan, yang ada hanya lenguhan dan lenguhan disertai erangan panjang. Dengan gerakan itu dia telah melakukan gerakan menghujamkan nonokku yang sempit dan basah. Terlihat bibir nonokku tertarik keluar dan terdorong masuk mengikuti gerakan kon tolnya. Tiga puluh menit sudah lewat, keringat telah membasahi badan kami berdua.

“Kamuu berbalik.” desahnya, lalu dia menarik kontolnya, terdengar bunyi “Plooff..” dan aku mengambil posisi menungging. Bibir nonokku dengan jelas telah terbuka sehingga terlihat cairan di pinggirannya. Dia mengambil posisi tepat di belakang pantatku. Setelah lima kali meremas bongkahan pantatku dengan penuh nafsu, sedikit demi sedikit dia mulai menempelkan kepala kontolnya dibelahan nonokku dan terus menggesekkan kepala kon tol tersebut ke atas dan ke bawah belahan nonokku. “Aahh.. ennaak.. om..” desahku terpejam. “Nikmatnya kon tol om.. enak..om..” setelah delapan gesekan naik turun, aku makin mendesah. “Masukin om..Sintia mau dientot.. yang enak.. aahhk”, dengan sedikit hentakan kepala kontolnya
mulai menerobos dinding nonokku. Perlahan melakukan gerakan maju mundur dan makin lama semakin cepat. kon tolnya sebagian sudah tenggelam di dalam nonokku. “Ahhk.. uuff..enaak.. oohhkk.. yaa..!” dia mengeram dengan nafas yang memburu, begitu juga aku. Dia memegang pinggulku sambil mendorong kontolnya yang menghujam semakin dalam nonokku. “Hee.. aakhh.. okh..” nafasnya memburu dengan cepat sementara gerakan kontolnya di dalam nonokku terus keluar masuk
dan kadang berputar seperti mengebor nonokku.

“Akhh..eennak..giila..aduh….kon tol om mentook.. mmffhh.. yaa terus..” erangku. “Sin.. enak.. gilaa.. masuk.. semuaa..mmffhh..puas.. aakh..” Dia terus menghujamkan kontolnya dalam-dalam ke nonokku. Sementara aku hanya bisa mengerang dan menjerit ketika kepala kon tolnya mentok
di dinding rahimku. “Sintia keluarr lagi.. om.. aahk enak..” erangku terpejam. Telah 20 menit dia memainkan kontolnya di dalam nonokku, keringatnya telah menetes ke punggungku. Sementara dipunggungku telah terdapat lima bekas gigitannya, tiga di pundak dua di leher belakang. Sungguh buas si om ini kalau sedang ngen tot, kadang-kadang tangannya meremas toketku dan menariknya ke bawah untuk memberikan memperkeras dorongan kontolnya. Aku benar-benar sudah lemas dan tidak bertenaga lagi. Kepalaku sudah rebah ke tempat tidur, sementara tangan terkulai lemas, rambut telah basah semua dan badanku telah bermandikan keringat. “Aahk om, Sintia.. lemes.. gila.. keluarin om..” pintaku memelas. “Yaa.. akh yak.. duh..Sin.. aku keluarin.. huu.. enaak nonok kamu.. aku mau keluarr.. gila! Enaak.. aku mau keluaar.. aahh.. hak.. uuff.. oohk.. kamu hebat Sin..” Dia melakukan gerakan sangat cepat menghentakkan kontolnya sampai berbunyi, “Cepaak.. cepakk..” supaya kontolnya masuk lebih dalam. Aku melakukan gerakan liar memutar dan menghisap serta memijat kontolnya dengan nonokku. “Sintia juga..mau keluar.. ahh.. lagi.. om”. “Gila..aahh.. aku juga..keluaar.. haa.. enak..” Kami berdua nyampe bareng, terasa sekali semburan keras pejunya yang hangat dinonokku. Dia tersenyum puas sambil tangannya meremas toketku dan mulutnya mencium bibirku. Dia tetap dalam posisi memeluk aku sementara kontolnya yang sudah mengeluarkan pejunya di dalam nonokku, masih berada di dalam nonok aku, pelan2 menyusut mengecil dan terlepas. Lemas sekali, tapi nikmat. Setelah semuanya reda, Dia mengajakku masuk ke kamar mandi. Setelah selesai membersihkan badan, kami kembali ke kamar. Dia mengambilkan aku minuman dari lemari es. “Om, kok kluarnya tlanjang sih, ntar keliatan orang lo”. “Kan pembantu kamu dah ngilang ke kamarnya, diluar juga dah gelap, aku mati2in lampunya”. Dia menghidupkan musik romatik dari player yang ada dikamar, suaranya disetel pelan sehingga romantis sekali malem ini, aku sangat menikmatinya.

dia menemaniku berbaring di ranjang. aku dipeluknya dari belakang dan diremesnya toketku dengan kuat. Kontolnya terasa keras sekali, digesekkannya ke pantatku. “Om dah napsu lagi ya, kuat amir sih om, baru ngecret dan ngaceng lagi”. “Kok amir, sapa tuh, ttm kamu ya”. “Kan amat lagi cuti om, jadi mair gantinya”. Dia tertawa. “Siapa yang gak napsu ngeliat kamu yang merangsang kayak gini”, jawabnya sambil terus meremas toketku. Pentilku diplintir2nya. Napsuku pun naik diperlakukan seperti itu. diremes2nya lagi toketku dengan penuh napsu. “Aaah”,
erangku makin terangsang. Kontolnya yang besar sudah ngaceng dengan sempurna, mengangguk2 seirama dengan gerakan badannya. Aku berbaring telentang. Paha kukangkangkan sehingga nonokku yang berwarna merah kehitaman merekah mengundang kontolnya untuk segera memasukinya. Dia mengurut kontolnya yang sudah ngaceng berat sambil sambil meraba dan meremasi toketku yang sudah mengencang itu. Aku menjadi makin bernapsu ketika dia meraba nonokku dan mengilik itilku. Aku meraih kontolnya dan kukocok pelan. “Om, geli, enak”, erangku sambil mempercepat kocokan pada kontolnya. Kuremasi toketku sambil mengilik
itilku sendiri. Nonokku sudah kuyup saking napsunya.

Segera aku meraih kontolnya dan kuarahkan ke mulutku. Kujilati seluruh kontolnya dari ujung kepala sampai ke biji pelirnya tak lupa kukulum sambil sesekali di sedot dengan kuat. “Ufffffff enak sekali Sin… terusin isapnya….isap yang kenceng”, dia mendesah2. Karena aku sudah nafsu, dengan kuat kusedot ujung kepala kontolnya sambil sesekali menggunakan ujung lidahku memainkan lubang kencingnya. Segera Dia memposisikan dirinya supaya bisa menjilati dan menghisap nonokku yang sudah terbuka itu. Ketika dia menjilati itilku aku mengelinjang kenikmatan sambil kepalanya kukempit dengan kedua belah pahaku, aku ingin agar dia lebih lama menjilati nonokku. Dengan dua jari, jari tengah dan telunjuk dimasukkannya ke dalam nonokku dan dikocok dengan lembut hingga aku mengerang-erang keenakkan. Kontolnya kugenggam erat sambil terus menghisap-isap ujung kontolnya. Cukup lama kami saling isap dan jilat. Kini dia terlentang di ranjang dan aku berada di antara ke dua paha nya. Aku mengisap dan menggigit kecil ujung kontolnya hingga dia kelojotan merasakan geli yang luar biasa. Segera aja dia menarik kepalaku agar melepaskan kontolnya dari mulutku, dan kini aku direbahkan, lalu dia menghisap pentilku sebelah kanan sambil pentil yang satunya dimainkan dengan jarinya. Aku sangat menikmati permainan ini sambil tanganku mengilik sendiri itilku. Aku
mengangkangkan pahaku dengan lebar dan setengah kuangkat agar lebih mudah aku memasukkan jariku. “Om,,,,,ayo masukin kon tol om di nonok Sintia dong….. Sintia udah kepengen lagi nihh..” pintaku sambil mengarahkan kontolnya ke arah nonokku.

Sambil kutuntun dia memasukkan ujung kontolnya di nonokku. Aku yang sudah sangat kepengen, sengaja mengangkat pantatku sehingga seluruh kontolnya masuk ke dalam nonokku. “Accchhhhhh…..”, desahku. Kali ini lebih mudah kontolnya masuk, nonokku rupanya sudah menyesuaikan diri dengan kon tol extra largenya. Kedua paha kulingkarkan di badannya agar kontolnya tetap menancap di nonokku. Dia menarik kontolnya sedikit
keluar lalu dimasukkan dalam-dalam, ditarik lagi dimasukkan lagi dengan ritme yang berirama membuat aku mengerang-erang keenakkan, kini dengan ritme yang lebih cepat dia menekan sekuat tenaga hingga mulutku menganga tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun karena nikmat yang kurasakan membuat aku hanya sanggup mengelinjang-gelinjang keenakan. Toketku bergerak naik turun seirama dengan kocokan kontolnya di nonokku. “Om……..aaccchhhhh……Sintia pengen diatas ya” pintaku.

Tanpa menunggu jawabannya aku lalu kini berada di atas tubuhnya, kontolnya yang ngaceng itu kutuntun ke nonokku, lalu dengan jeritan kecil “Aauuu…..” seluruh kontolnya kini amblas masuk ke dalam nonokku yang semakin licin itu. Kini aku sepenuhnya bebas menguasai kontolnya, seperti orang naik kuda semakin lama semakin cepat gerakanku sambil tangannya meremas kedua toketku. Aku tidak lagi bergaya seperti naik kuda, tetapi tetap seperti posisi semula hanya kini aku menggesekkan nonokku maju mundur sambil kuremas sendiri toketku hingga akhirnya aku mengejang-ngejang beberapa saat sambil menggigit bibir dan mata terpejam merasakan nikmat yang tiada tara itu, akhirnya aku terkulai di atas
tubuhnya beberapa saat.

Segera dia meminta agar aku berjongkok aja, posisi doggie style adalah posisi kegemaran ku, segera aku berjongkok sambil membuka lebar pahaku hingga dia dapat melihat dengan jelas nonokku yang berjembut lebat. Kini kepala kontolnya diarahkannya ke nonokku, dengan sekali dorongan, masuklah sebagian kontolnya ke dalam nonok ku. Aku menjerit kecil. Aku memundurkan pantatku hingga amblaslah seluruh kontolnya ke dalam nonokku. Dengan kuat dia mendesakkan seluruh kontolnya dengan irama yangg beraturan hingga aku merasa kegelian lagi. Dia membasahi jari telunjuknya dengan ludah dan dibasahinya pula lubang pantatku dengan air ludahnya. Sambil terus menggoyang kontolnya di masukkannya jari telunjuknya ke pantatku hingga seluruh jarinya masuk, sambil menekan ke bawah hingga merasakan geseran kontolnya di dalam nonokku. Aku bisa menikmati permainan ini, berulangkali aku memintanya agar lebih keras lagi goyangannya sambil memaju mundurkan pantatku “Uufffgggggghhhhhhhh…. Enak Sin” erangnya. Dia mempercepat kocokan kontolnya sambil menekan kuat kuat jarinya yang ada di pantatku. Tak lama lagi, dia mengejang, “Sin aku mo ngecret”, dan terasa semburan peju hangat di dalam nonokku. Kontolnya berkedut menyemburkan pejunya berkali2. Sungguh nikmat permainan kedua ini, jauh lebih nikmat dari yang pertama. Setelah membersihkan badan lagi, kami berdua terkapar karena nikmat dan lelah,
tak lama kemudian kami terlelap.

SEKIAN

Leave a Comment

Seks bersemi Dirumah Kontrakan

Cerita seks. Sebut saja namaku Ardi, usiaku saat ini menginjak 25 tahun dan baru saja menyelesaikan study ilmu computer disalah satu universitas di Jakarta, baru-baru ini aku pindah dari kost2an ke salah satu kontrakan didaerah yang lumayan padat penduduk tapi melihat dari orang2 yang menetap disana sepertinya orang2 dari kelas menengah.
Kontrakan yang aku tempati terdiri dari 20 rumah yang berbaris sebelah menyebelah, kebetulan aku menempati posisi paling tengah, saat pindahan aku mengetahui kalau keluarga disamping kanan kontrakanku adalah pasangan suami istri keturunan Chinese yg baru menikah kurang lebih 2 minggu dan juga baru pindah ke kontrakan tersebut, suaminya bernama Anton mempunyai perawakan tinggi dan wajah yg lumayan tampan, usianya 29 tahun dan dia bekerja sebagai seorang accounting di salah satu perusahaan terkemuka di Jakarta sedangkan istrinya bernama Siska tidaklah berkerja, usianya sekitar 25 tahun penampilannya sungguh2 sepadan karena mempunyai wajah yang cantik dan tubuh yg proporsional dengan tinggi sekitar 165 cm, kulitnya putih dengan bulu2 hitam halus dilengannya, pinggang yg langsing tapi mempunyai bokong yang bulat dan menonjol, tapi yang membuat aku sangat terkagum adalah buah dadanya yang lumayan besar dan membusung seakan menantang untuk dipegang, kutaksir ukurannya saat itu sekitar 36.

Kalau tetanggaku yang sebelah kiri adalah pasangan suami istri keturunan sunda yang telah menikah kurang lebih 3 tahun dan sudah dikarunia seorang putra berusia 2,5 tahun, suaminya bernama Mang Ujang berusia sekitar 35 tahun dan bekerja sebagai seorang security di sebuah Bank, sedangkan istrinya bernama Ece Geulis berusia sekitar 30 tahun dan kesehariannya juga mengurus rumah dan anaknya, Ece Geulis inipun tidak kalah cantik, dia mempunyai kulit halus kuning langsat, walaupun sudah pernah melahirkan tapi bentuk tubuhnya sungguh dapat menggiurkan setiap lelaki yang melihatnya, tingginyapun sekitar 165 cm, untuk tubuh aku piker antara Siska dan Ece Geulis kurang lebih mempunyai nilai yang sama.

Malam itu pkl. 21.00 hujan turun dengan derasnya aku belum tertidur karena aku masih mempunyai pekerjaan untuk melengkapi CV ku, keberuntungan dating kepadaku karena Mas Anton tetangga sebelah kananku menawarkanku sebuah pekerjaan ditempatnya bekerja, sedang asyiknya aku bekerja aku terganggu oleh bunyi gemeretak seperti ranjang yang berderak2, aku menjadi penasaran akan bunyi tersebut, ternyata suara tersebut datang dari dinding sebelah kananku, pikiran nakalku mulai bermain dan aku mencoba untuk menempelkan telingaku kedinding, oleh karena dinding kontrakan tersebut tidaklah tebal aku mendengar sesuatu yang membuat jantungku berdebar2, aku mendengar suara napas 2 orang sedang berpacu menggapai nikmat, aku terus mendengar sampai suara itu terhenti.
Malam itu pikiranku berkecamuk, aku membayangkan siska tetanggaku yang cantik dan sexy itu sedang ditunggangi oleh suaminya, hujan masih turun dengan derasnya, entah dorongan darimana aku mulai mencari celah di dalam kontrakanku untuk mengintip aktifitas pasangan tersebut, hanpir 15 menit aku memperhatikan seluruh dinding tapi tak satupun celah yang kudapatkan, aku merebahkan diri menenangkan diri sambil terus berpikir, tak sengaja aku melihat ke bubungan atap kontrakanku ternyata disitu ada celah sebesar ukuran orang, biasanya celah diatap setiap rumah memang disediakan untuk memeriksa jaringan listrik yang putus, akupun mendapat ide untuk menaiki atap rumahku melalui celah tersebut, cukup sulit dan beresiko tapi napsuku tidak bisa dibendung, dengan nekat kuambil senter dan tangga lalu kunaiki atap kontrakanku, sesampainya diatas sungguh gelap hanya ada beberapa cahaya yang tembus dari beberapa rumah, aku bergerak perlahan mendekati atas kamar pasangan tersebut, kususuri pelan2 tiang2 pembatas dan akhirnya aku berada tepat diatas kamar tersebut, aku berusaha mencari2 celah dikamar tersebut, sungguh beruntung ternyata atap kamar mereka juga sama dengan kamarku yaitu mempunyai celah atau pintu darurat diatasnya, pelan2 kugeser penutup dari triplek tersebut dan jantungku seakan ingin meledak, aku menelan ludahku karena aku melihat pemandangan yang luar biasa indah, aku melihat siska sedang tergolek telanjang bulat tanpa ada selembar benangpun menutupi tubuhnya yang luar biasa indah, aku yang sehari-harinya hanya bisa membayangkan kemontokannya dibalik kaos putih transparan yang sering digunakannya kini aku mendapat pemandangan yang luar biasa, payudaranya besar begitu kencang dan bulat, kemaluannya yang begitu licin, kelihatan sekali dia sangat merawat organ intimnya, aku terus memperhatikan mereka, terlihat mereka sedang berbicara dan tangan suaminya terus mempermainkan payudara istrinya, trus dipermainkan akhirnya gairah istrinya pun bangkit kembali, aku mendengar siska berkata “ Mas..burung mas nakal, dia bangun lagi tuh..hihihi”, anton pun menjawab”yah pasti bangunlah dia kan mau masuk ke sarangnya, diluar kan dingin, tolong dimandiin donk sayang sebelum dimasukan kesangkarnya..”, siska menjawab” ah aku gak mau kalau disuruh jilatin, aku kan geli, pokoknya aku gak mau ya Mas!”, Anton menjawab,” oke2 kalau gak mau, sini aku masukkan saja ke sangkarnya, aku mau kamu nungging donk!”, dan aku melihat siska merubah posisinya untuk menungging, woow sungguh luarbiasa pantat wanita ini, sunggu2 bulat dan begitu menantang, tak ada kulihat guratan2 selulit di pantat dan pahanya, begitu bersih..
Melihat hal tersebut aku gak tahan pelan2 kukeluarkan penisku dan mulai mengocoknya dengan tanganku sembari terus kuperhatikan adegan panas yang ada dibawahku, klimaksku tidak terbendung berbarengan dengan klimaks yang mereka dapatkan, sebelum aku kembali kekamarku lama juga kupandangi wajah siska yang begitu cantik saat tertidur pulas dalam keadaan telanjang setelah 2 ronde digenjot oleh suaminya.

Didalam kamarku aku termenung dan berpikir bagaimana caranya agar aku bisa menikmati tubuh siska, satu2nya jalan aku harus melakukan pendekatan yang intens terhadap keluarga ini dan saat aku berpikir aku mendapat ide yang cemerlang yaitu aku harus merekam setiap adegan yang terjadi dirumah mereka, aku punya rencana besok aku harus pergi ke glodok untuk mencari camera pengintai yang paling bagus, aku akan membeli mungkin cukup banyak untuk aku tempatkan diatas bubungan rumah anton dan oh iya aku juga akan menempatkannya pada tetangga sebelah kiriku.

Tak sabar aku menunggu pagi hari untuk menjalankan rencanaku, pagi2 sekali aku sudah terbangun karena aku masih penasaran dengan kemolekan tubuh siska, akupun naik kembali keatap rumahku dan mencari letak kamar mandi mreka, mungkin saja aku bisa mengintip siska mandi, aku sekarang sudah berada tepat dikamar mandi mereka dan sudah mendapatkan celah diatapnya, tapi kulihat siska belum mandi, lama kutunggu ternyata tidak kelihatan juga, aku mencoba beranjak ke atas kamar mereka, dan disana kulihat ternyata siska sudah mandi dan sedang berdiri berkaca didepan kaca, dia hanya memakai sebuah handuk yang tidak terlalu besar, yang hany dapat menutupi payudara dan kemaluannya, penantianku tidak sia-sia saat dia mulai membuka handuknya, dengan bebasnya payudaranya menggelantung indah dan bongkahan pantatnya terlihat begitu menantang, akupun menelan ludah menyaksikan pemandangan tersebut, kulihat suaminya masuk kekamar dengan baju kerja yang sudah rapi, mungkin akan berangkat kerja, dari belakangnya suaminya berusaha memeluk dan meremas payudara siska, mereka berciuman, siska berkata “ Sudahlah mas..nanti gak kerja loh..”
“ Sis, nanti kamu pergi ke pasar?” Tanya Anton.
“ Iya, ada yang mau aku beli nih, Mas bisa antar aku?”
“ Waduh sepertinya tidak bisa say..aku buru-buru mau meeting”
“ oke deh, sebenarnya aku sih malas pergi sendiri karena jarak pasar tersebut lumayan jauh, ya sudah tidak apa2, nanti aku coba cari ojek saja, sudah lah kamu pergi kerja saja, tidak usah khawatir” . suaminya segera bergegas pergi kerja.
aku terus menyaksikan sampai siska menutupi payudaranya dengan bra hitam yang sexy dan tubuhnya dengan tanktop putih.
mendengar apa yang mereka bicarakan otak nakalku mulai bekerja, segera aku bergegas untuk turun kekamarku, maksud hatiku aku mau mencoba pendekatan dengan siska, mungkin aku ingin mencoba menawarkan diri mengantar siska kepasar.

Saat aku beranjak mau turun, samar2 kudengar suara gemericik air dari tetangga sebelah kiriku, pikirku siapa lagi kalau bukan Ece Geulis, kesempatan ini tidak boleh disia-siakan, aku mendekati ke arah suara tersebut dan mencari celah untuk mengintip, aku mendapat dan langsung kuintip, wooow ternyata benar!! Seorang bidadari cantik tengah melepaskan satu persatu pakaiannya, ternyata Ece Geulis sedang bersiap untuk mandi, ck ck ck, aku kembali menelan ludahku dan penisku pun kembali menegang, aku sungguh beruntung semalaman aku mendapatkan pemandangan yang luarbiasa, pelan tapi pasti akhirnya tubuh molek tersebut akhirnya terbuka seluruhnya, aku kagum dengan wanita ini biarpun sudah memiliki anak tapi kesintalan tubuhnya masih sangat bagus, dengan mataku aku sapu semua lekuk dari tubuh Ece Geulis, payudaranya juga besar dan masih kelihatan kekencangannya, uuh rasanya ingin sekali aku meraih ,meremas dan menghisap kedua gunung tersebut..

Selang hampir 10 menit aku memperhatikan Ece Geulis mandi aku tersadar akan rencanaku terhadap siska yang akan pergi ke pasar, segera aku turun dari atap rumahku lalu segera mandi, selesai mandi akupun mempersiapkan baju kesukaanku karena baju tersebut sedikit memperlihatkan sisi atletis dari tubuhku, aku pun segera mengeluarkan motor Honda CBR ku dan kuparkir dihalaman depan rumahku, karena antara masing2 kontrakan tidak pisahkan pagar atau tembok maka akan sangat mudah untuk bertegur sapa pikirku, aku pun berpura2 mengelap motorku.
Tak lama kulihat siska keluar dari pintu kontrakannya sambil tersenyum menyapaku, oh my God cantiknya wanita ini pikirku.
“ Pagi mas Ardi, sedang apa?” sapa siska.
“ Pagi juga bu Siska, ini lagi siap2 mau berangkat ke tempat kuliah ada yang masih ketinggalan di kampus” sahutku.
“ Ibu mau kemana?” Tanya ku berpura-pura.
“ ini loh aku mesti kepasar, tapi aku sebenarnya malas karena letaknya jauh, disini cari ojek dimana ya?” Tanya siska, sambil ditampilkan diwajahnya muka sedih.
“ maaf bu siska, kalau gak keberatan boleh aku temani ke pasar biar gak diganggu preman disana, setelah itu aku baru jalan ke kampus?” tanyaku.
“ Memangnya searah?, dan Mas Ardi tidak keberatan? Nanti ada yang marah lagi?” sahut siska.
“ tenang aja bu Siska, aku belum punya pacar, lagipula searah dan juga sekalian mau sedikit membalas kebaikan suami ibu karena telah memberikan saya pekerjaan” jawabku.
“ oh begitu, memangnya mas Ardi ketempat kuliah jam berapa? Nanti aku ganggu waktuny lagi?” jawab siska seakan tidak enak hati.
“ aku waktunya bebas koq, kan sudah lulus, tenang aja pokoknya beres deh..” sahutku.
“ oke deh kalau Mas Ardi gak keberatan, terima kasih ya!”
Diapun mendekatiku, jantungkupun berdetak tidak karuan, semalaman hingga pagi aku memandangi tubuh telanjangnya dan sekarang dia akan berboncengan denganku, woow ternyata bila kita berusaha pasti ada jalan..hehe.
Motorku telah ku starter dan kulihat siska mulai menaiki motorku, karena motor ku tinggi dan posisi duduk siska searah denganku alhasil tubuh bagian atasnya jatuh kepunggungku, tak sengaja payudaranya menyentuh punggungku, tanganku sedikit bergetar, aku menahan napas menerima tekanan dadanya dipunggungku, ternyata dadanya keras juga, tak terasa penisku menegang..
Siskapun tersadar dan menempatkan tangannya untuk membatasi dadanya agar tidak menyentuh punggungku.
“ Maaf ya Mas Ardi gak sengaja” gumam siska dibelakangku.
“oh Iya gak apa2, justru saya yang minta maaf motor saya terlalu tinggi dan nungging, tapi kalau kelamaan aku yang bisa bahaya Bu siska” candaku.
“ Koq bahaya? Kenapa?” sahut siska.
“ ya iyalah, aku bisa2 grogi dan gak konsentrasi bawa motornya saking empuknya,hehe” jawabku.
“ ih, Mas Ardi bisa aja, memangnya gak pernah kesentuh sama begituan?” Tanya siska penasaran.
“ hehe, aku belum pernah tuh, baru kali ini sama bu siska, sampai2 panas dingin aku,hehe” jawabku menimpali.
Karena gemas siska mencubit pahaku, hal ini membuat penisku aku semakin terasa tegang.
“ ih bu Siska jangan gitu dong, nanti kalau aku gak tahan gimana? Mau tanggung jawab”
Kulihat wajah bu siska memerah, sungguh cantik wanita ini, rambutnya tergerai dan tertiup oleh angina.
Kami pun terdiam seribu bahasa, tak terasa kami sudah sampai di parkiran pasar.

Selama kurang lebih 15 menit aku menemani siska belanja kebutuhannya, aku melihat seluruh mata lelaki disana menyantap kesintalan tubuh siska yang hanya terbalut tank top putih dan bra hitam yang terlihat membayang di bajunya, setelah selesai belanja kembali dia terlihat kebingungan..
“Kenapa Bu siska?” Tanya ku.
“ Mas Ardi aku bingung pulangnya, ternyata jauh juga ya, kalau naik ojek aku jadi takut dijahati, gimana ya Mas?”
“ Ya sudah aku anterin lagi pulang deh..”
“ tapi Mas Ardikan mau kekampus?” Tanya siska.
“ Gak apa2, besok2 aku bisa, sebenarnya aku Cuma mau minta tolong teman untuk buatkan aku CV lamaran, aku masih bingung” jawabku.
“ oh begitu, kenapa gak bilang dari tadi, kan aku bisa buatkan untuk Mas Ardi, aku bisa koq, pokoknya bagus deh”
Sahut siska.
“ oke deh kalau begitu, jadi malu aku bu, yuk sekarang kita pulang”
“ oh iya Mas Ardi jangan panggil saya Ibu donk, kita kan masih seumuran, aku kan masih muda juga, anak aja belum punya, kita saling panggil nama aja ya? Gimana ardi?” pinta siska.
“ oke deh siska” sahut ku menyetujui.

Tak lama kami sampai juga dikontrakan, aku melihat sekeliling keadaan masih sepi, mungkin semua sudah berangkat kerja. Aku menarik napas aman pikirku.

“ trima kasih ya Ardi!” sahut siska saat turun dari motor.
“ iya sama2, oh iya Cv saya kira2 kapan bisa dibuatkan sis?” tanyaku mengingatkan.
“ nanti ya setelah aku masak sayur2 ini, aku nanti panggil kamu deh, kamu istirahat dulu aja”
“ nanti di misscal aja, atau sms juga boleh” kataku
“ boleh juga, berapa no hp kamu di?” Tanya siska.
Akupun memberitahukan no hp milikku kepadanya dan diapun memberikan nomornya kepadaku.

Kami sama2 masuk kedalam kontrakan kami masing2, karena masih penasaran aku kembali naik keatap rumahku dengan maksud kembali mengintip aktifitas dari siska.

Didalam kamarnya kembali aku disuguhkan pemandangan yang luarbiasa karena siska mengganti bajunya dengan daster terusan dengan lengan tali, mungkin dia kegerahan setelah dari pasar tadi, dan mulailah dia memasak, aku segera turun untuk memikirkan rencana selanjutnya.

Tak terasa 1 jam berlalu, sepertinya siska sudah selesai memasak, tak lama kudengar suara sms di handphoneku berbunyi, “ Ardi aku sudah selesai nih, kamu sudah bisa datang, oh iya bawa juga file2 kamu ya.” Sms dari siska.
“Oke, aku segera ke sana, thx” jawabku, aku segera mengganti celana panjangku dengan celana pendek berbahan halus, biar gampang pikirku.

Akupun mengetuk pintu kontrakannya, tak lama pintu dibuka dan aku dipersilakan masuk.

“ Silakan duduk di, sebentar aku aku ambilkan minum” kata siska.
“ waduh gak usah repot2 sis, kaya orang jauh aja” sahutku.
“ Gak apa2, namanya juga tamu masa dicuekin, santai aja lagi” balasnya.
Tak lama siska keluar lagi sambil membawa minuman, sambil merunduk dia menaruh gelas berisi coca cola dingin dimeja, karena daster yang dipakainya mempunyai coak V yang lumayan lebar aku melihat kedua gunung kembar miliknya tersembul diantara bra hitamnya, wow indah sekali bila dilihat dari jarak sedekat ini. Sungguh beruntung kau Anton pikirku.

Siskapun tersadar kalau milik kesayangannya itu dipandangi olehku, dan segera menutup dengan nampan.

“ Ih kamu nakal ya lihat2 punyaku, gak boleh tahu” sahut siska dengan wajah memerah.
“ maaf ya sis, gak sengaja, tapi bagus banget koq, pantesan waktu tadi kesentuh di motor enak banget” jawabku bercanda.
Tak sadar penisku terbangun dan tercetak jelas sekali di celana pendekku.
Mata siska ternyata melihat perubahan pada celanaku, wajahnya merah dan sempat menelan ludahnya.
“ tuh kan beneran” sambil tangannya menunjuk ke celana pendekku dan buru2 berjalan ke dapur dengan tangan menutupi matanya.
, aku berkat dalam hati, kau tidak usah malu sis karena aku sudah melihat seluruh tubuhmu yang luarbiasa menggairahkan itu..tunggu saatnya aku akan menikmati tubuhmu dank kau pasti akan ketagihan denganku.

Sekembalinya dari dapur terlihat siska sudah bisa menguasai diri dan menanyakan file2 yang aku bawa, dan dia mengambil kursi untuk mengerjakan CV ku dikomputerku.

“ Tunggu ya di, sebentar aku buatkan” kata siska.
Oleh karena ada yang masih bingung dia memanggilku untuk mendekat, aku beranjak dari kursi ruang tamu dan mendekat berdiri disampingnya, kembali aku melihat pemandangan yang luar biasa karena, payudara siska terlihat jelas diantara celah daster yang dipakainya. Oh good position pikirku.

Aku berusaha menguasai diri agar tidak kelihatan grogi dan menjawab satu persatu pertanyaan dari siska sambil mata dengan rakusnya menyapu semua permukaan dari payudara siska, kulitnya begitu halus dan rambut2 halus tumbuh dipermukaan kulitnya.

Tak sadar keluar perkataan dariku,
“ Sis, bener gak kata orang, kalau perempuan mempunyai bulu2 halus dikulitnya, napsunya sexnya besar?” Tanyaku.
Siska sempat terkaget menyadari kalau aku mempehatikannya. Dengan malu2 dia menjawab:
“ aku sih gak pernah dengar di omongan seperti itu, memangnya kenapa?, kamu masih ngeliatin tubuhku ya? Aku bilangin suamiku loh” sahut siska mengancam.
“ iya de sorry, habisnya kamu cantik banget sih, tadi aja dipasar semua lelaki perhatiin kamu, aku jadi iri sama mereka bisa pandangi kamu, sedang aku yang deket sama kamu gak boleh liat2” jawabku sedih.

Kulihat ada perubahan di wajah siska mendengar perkataanku, dia menelan ludah.
“ oke deh kamu boleh liatin tapi gak boleh sentuh2 ya”jawabnya.
“ boleh bebas ngeliatin nih?” tanyaku penasaran.
“ iya tapi jangan kelewatan ya” sambil tersenyum dia menjawabku.
“ nah kalau begini baru adil, tapi kalau siska mau liatin aku juga gak apa2, bebas koq,hehe” candaku.
“ ih apa yang aku liat dari kamu, tak usah ya” sombongnya.
“ ah tadi kamu liatin celanaku, sambil menelan ludah lagi, artinya apa tuh?”tanyaku sengit.
“ ih nakal bener nih ardi, habisnya gimana gak liat…” katanya terbata-bata.
“ habisnya apa?” sahutku menyerbu.
“ gee…de..banget kelihatannya” jawabnya gemetar.
“ masa sih, dari luar mana kelihatan, itukan Cuma bungkusnya doank” jawabku pura2.
“ gede tau..ah udah ah nanti kita gak selesai2 nih..” jawabnya mengalihkan.
“ yah kalo gak selesai sekarang, besok aja kita lanjutin lagi, aku senang koq dibantuin sama cewe cantik dan sexy seperti kamu, hehe”jawabku.
“Ardi!!, sudah donk” dengan raut muka merah dia membentakku.
“ ok de, sorry, yuk kita lanjutkan” jawabku.

Kamipun terlibat pembicaraan yang serius kurang lebih 1 jam, sampai akhirnya CV ku selesai dibuatnya.
Akupun beranjak untuk pamit dengan siska.
“ Terima kasih ya sis” sahutku.
“sama2 di” jawabnya.
“ Oh iya sis CV ini kapan ya aku bisa berikan sama suami kamu?” tanyaku.
“ nanti jam 7 malam kamu datang saja kesini ketemu sama suami kamu, biar aku certain juga soal kenakalan kamu godain2 aku, biar diomelin sekalian, hihi” siska pun tertawa lepas.
“ ih kamu jahat banget sis, jangan diceritain donk, inikan rahasia kita berdua,hehe, ok de nanti aku datang ya, oh iya nanti pakai baju yang sexy lagi ya, hehe” candaku.
“ hu maunya tuh!, enak aja”sambil tersenyum dia menjawabku.

Kami pun berpisah siang itu, aku kembali ke kontrakanku, niatku untuk beli camera pengintai aku urungkan karena sudah mendapat lampu hijau dari siska.
Sekembalinya ke kamar aku masih penasaran dengan siska, akupun naik kembali ke atap kamarku menuju ke atas kamarnya, aku mulai mengintipnya, ternyata siska sedang berbaring istirahat, matanya sedikit terpejam, aku terkaget saat kulihat tangannya yang kanan bergerak kearah payudaranya dan meremasnya dan tangannya yang kiri bergerak kearah kemaluannya, oh ternyata dia sedang melakukan masturbasi, hehehe ternyata kamu juga terangsang ya sis, hehe rencanaku sudah berjalan mulus, tinggal tunggu waktunya pikirku.

Aku terus memperhatikan siska yang sedang mastubasi itu dengan seksama, tiba2 timbul ide nakalku, aku bergegas turun, kulangkahkan kakiku menuju pintu rumahnya dan ku ketok pintu rumahnya.
“ Sis, siska, bukain pintu donk, ada yang ketinggalan nih” teriakku.
“ i..yaa..iiyaa, tunggu sebentar ya,” jawabnya terdengar gemetar.
Tak lama keluar juga siska dengan wajah sedikit merah dan keringatan.
“ ada apa ya di?” tanyanya.
“ tadi kan kamu kerjain Cv aku masih ada yang teringgal satu yang belum di print” jawabku.
“ sorry ya ganggu istirahat kamu, kamu koq keringatan gitu, kamu cape ya?” tanyaku sambil berjalan masuk ke ruang tamunya.
“ iya aku kecapean kali, tadi lagi rebahan dikamar, eh kamu panggil2 aku, ya udah aku nyalain dulu komputernya, tunggu ya” jawabnya.
“ Mau gak aku pijitin lehernya, biar pegal2nya rada enteng?” aku menawarkan diri.
“ emangnya bisa? Tp gak mau ah nanti kamu macem2 sama aku..” katanya to the point.
“ aku ini jagonya pijit memijit tau, soal macem2 sih tergantung respon kamunya tuh, aku sih bisa nahan diri, tapi kamu kan aku gak tau, hehehe”
“ ah paling kamu yang gak kuat” balasnya.
“ kita buktikan saja, gimana?” kataku.
“ Oke” jawabnya tak mau kalah.
“ mana lehernya?” aku mulai mendekat dan tanganku kuarahkan ke lehernya.
Siska pun memberikan lehernya untuk ku pijit, pelan dan lembut mulai ku pijit lehernya, kulihat dia mulai menikmati pijatanku, kadang2 tangan ku bergerak nakal berusaha membuat dasternya jadi lebih terbuka agar aku dapat melihat payudaranya yang montok, sungguh aku menikmati pemandangan tersebut, tak terasa penisku menegang dan ternyata sudah merapat menekan kepunggungnya.
“ tuh kan kamu yang gak kuat” rintihnya sambil menikmati pijatanku dilehernya.
“ Justru aku semakin kuat tau, itu tandanya kekuatanku, tadi kan kamu bilang paling nanti aku yang gak kuat,hehe” balasku.
“ maksudku bukan begitu tau, ih kamu nakalin aku nih” jawabnya.
Sambil memijat terus saja kutekan tekan torpedoku di punggungnya, diapun kegelian.
“ aduuuh…itu punya kamu gede banget sih, geli tau..jadi merinding” rintinnya.
Memang aku melihat bulu halusnya kelihatan sedikit berdiri. Akupun semakin bernapsu.
“ Ardi…kamu nakal banget, nanti kalau ketahuan suamiku gimana loh?” erangnya.
“belum juga apa2 dibilang nakal, belum juga dipegang sudah bilang gede, pegang dong” pintaku.
“ gak mau ah” jawabnya.
“ itu kan gak bersih” katanya.
“ kamu tuh salah, punyaku nih selalu aku bersihkan, pokoknya kamu pasti suka deh” akupun merajuk.
“ memangnya kamu belum pernah pegang punya suami kamu?” tanyaku
Dia menggeleng.
“ Wah kasian deh kamu sudah gede begini, sexy lagi belum pernah pegang penis lelaki, padahal kalau sudah pernah pegang dan merasakannya kamu akan ketagihan deh, btw tau gak kalau aku tanya semua lelaki di dunia ini pasti mereka kepingin banget penisnya dipegang sama kamu” kataku.
“ Gak ah…” jawabnya ragu.
“sudah gak ragu2 aku jamin deh kamu pasti keenakan” sambil kuarahkan tangannya menuju ke penisku, kulihat dia dengan lembut meraba penis ku dari luar celana pendekku, untung aku sudah melepaskan celana dalamku waktu dirumah tadi.
“ besar banget punya kamu di, keras lagi” sahutnya.
“ memangnya punya suamimu gak seperti ini?” kataku.
“ gak tuh” jawabnya.
“ pegang dari luar mana enak, buka donk celanaku..” pintaku.
Dengan sedikit merengut dia mulai membuka celanaku, wajahnya terlihat kaget begitu melihat penisku keluar dari
celana, kepalanya begitu licin mempesona, dan kurasa ukurannya yang membuat dia tercengang.
“ Bersih kan?” tanyaku, dan iapun mengganguk dengan wajah memerah, perlahan dia elus penis sambil dia perhatikan setiap lekuk penisku, dia kembali menelan ludah..
“ besar sekali ya…Pernah diukur gak di panjang penismu?” tanyanya sembari tangannya gemetar menggenggam penisku.
“ gak pernah tuh”jawabku, “ tolong diukurin donk” sahutku lagi. seks jalan terus pikirku..
“ok, sebentar aku ambil penggaris”jawabnya.
Lama juga dia keluar dari kamarnya sambil membawa penggarisan.
“ susah carinya, sorry ya kelamaan, sudah kecil lagi ya?” tanyanya.
“ iya lama banget sih, udah kecil lagi, ya kalau mau diukur mesti digedein lagi” kataku.
“ caranya gimana sih?” tanyanya.
Wah ini wanita lugu atau pura2 pikirku, tapi melihat caranya memegang penisku kelihatan sekali dia belum pengalaman.

“ Banyak caranya, salah satunya dengan aku melihat payudaramu dan memegangnya, pasti dia kembali besar deh” kataku.
“ masa sih?” sahutnya.
“ Buktiin aja, boleh aku lihat dan memegang payudaramu?” pintaku.
“ ehm…kita mestinya gak boleh melakukan ini loh di..nanti kalau ketahuan suamiku gimana?” sanggahnya.
“ ya tidak

Berlanjut lagi dalam sambungan selanjutnya

Leave a Comment

Aku dan Pacarku

Cerita seks. Kami menjadi dekat setelah dikenalkan oleh seorang saudaraku. Awal smsan hanya membahas hal – hal biasa saja. Semakin lama kami semakin dekat. Semula Ita tidak pernah mau untuk membahas hal – hal yang berbau porno. Alasannya tidak baik; belum boleh; tidak ada gunanya dll. Akupun mengurangi frekuensi sms tersebut. Tapi akhirnya ia menyerah setelah aku mengemukakan pendapatku, tetapi Ita meminta masih dalam kategori ringan. Setelah hubungan kami berjalan beberapa bulan, Ita – pun sudah memberanikan diri membalas smsku yang dulu ia membencinya.
Aku maklum jika semula Ita tidak mau membahas hal – hal pornografi, karena ia tidak pernah membahas dan melakukan sewaktu dengan pacar – pacarnya dahulu. Bahkan berciuman pun Ita tidak mengijinkan. Kami telah beberapa kali berciuman tetapi kulihat Ita masih bisa menahan diri. Sore itu aku menjemputnya. Kebetulan rumah sedang kosong. Tidak ada niat sebelumnya untuk ber – hohohihe. Saat itu kami sedang di salah satu mall dekat rumah. Ita ingat bahwa rumahku dekat dengan mall tersebut. Ia mengajakku untuk sekedar lewat depan rumahku.
Kami – pun sampai di depan rumahku. Aku menawarinya untuk sekaligus melihat – lihat keadaan dalam rumahku dan Ita tidak berkeberatan. Aku membuatkan es teh kesukaannya sementara Ita memandangi foto – foto keluarga di dinding. Kami mengobrol ini itu. Sesekali aku berhasil mengajaknya tertawa. Aku mendekati Ita yang duduk terpisah. Kupandangi matanya. Aku memegang dagunya, kucium lembut bibirnya. Ita membalas tetapi masih wajar. Iseng kumasukkan lidah dan kudesakkan ke langit – langit mulutnya. Ita membalas yang sama. Lambat laun nafasnya makin memburu. Kepalaku dipegang kuat, sesekali di dua pipiku. Ita ternyata murid yang dapat menyerap pelajaran dengan cepat.
Tak kuduga telapak kiriku ditarik ke dada kanannya. Ita membuka mata saat aku menahannya yang tinggal sedikit lagi menyentuh dadanya. “Nggak pa2 Mas..aku kan yg minta..”, sambil tersenyum. “Bener gak pa2..”, tanyaku. Ita tidak menjawab tapi menarik telapak kiriku yang beberapa saat tergantung di udara. Ita menatap mataku dalam – dalam saat dadanya untuk pertama kalinya disentuh oleh lawan jenisnya. Aku hanya menyentuh dada kanannya tetapi Ita yang malah meremasnya seakan merestui aku untuk melakukannya sendiri. Ita melepas tangan kanannya dan meninggalkan telapak kiriku di dada kanannya. Aku meremasnya lembut dan pelan – pelan. Kepalaku ditariknya dan bibirnya ganas menciumiku. Aku meningkatkan tekanan dan kecepatan remasanku. Telapak kananku ditariknya pula. Akhirnya dua telapak tanganku berada di dua susunya. Aku meremas kadang pelan kadang kuat.
Terbersit keinginan untuk menyentuh kelaminnya walau dari celana kainnya. Tetapi masih kutahan, karena mungkin ada beberapa tindakan yang akan dilakukannya jika ia menolaknya. Yang paling parah Ita marah besar dan memutus hubungan kami. Tapi setan dalam hal ini selalu mesti menang. Kuberanikan diri. Telapak kananku kudekatkan pelan – pelan ke bagian tengah celananya. Kusentuh tepat di tengahnya. Ita tidak protes dan marah sedikitpun. Kutekan dan kugosok – gosok pelan – pelan dulu. Tangan kiriku masih di dada kanannya. Sesekali tangan kananku diremasnya. Nafas Ita semakin terengah –engah. Kepalang tanggung, “Yank..pindah tempat yuk..”. “Ke mana Mas…”. Aku menggandengnya menuju sofa di pojok ruangan.
Setengah badannya kubaringkan. Kembali kuserang dengan ciuman – ciumanku. Tangan kananku di dada kirinya, sedang yang kiri menggosok – gosok bagian tengah celananya. Lengan kananku kadang diremas kuat. Tangan kirinya kuletakkan di paha kiriku dan kubiarkan melihat reaksinya, dan Ita meremas – remasnya. Aku hentikan aktifitas meremas susunya, “Yank..boleh…”. Sengaja kugantung kalimatku saat Ita membuka matanya dan melihat kaosnya akan kubuka. “Jangan Mas..masukin aja tanganmu..”. Maka kumasukkan tangan kananku ke dalam kaosnya. Terasa sudah mengeras dadanya. “Ooofffssttt..”, lenguhannya keluar saat tangan kananku mengenai susu kirinya. Kuremas lembut. Paha kiriku makin kuat dicengkeram ketika bh – nya kuturunkan dan pentil kirinya kumainkan.
Aku mendekatkan paha kiriku ke tangan kirinya. Tangan kiriku meletakkan tangan kirinya di bagian celanaku yang sudah menonjol dari tadi. Beberapa detik tidak ada reaksi. Antara takut dan malu Ita mulai mengusap dan sesekali meremas kelaminku dari celana luarku. Aku buka kait bh – nya..tess. Ita tidak memprotesnya malah retsluiting celanaku diturunkannya. Kontan aku menarik dua tanganku dan menurunkan celana jeansku. Aku buka kaos dan bh – nya. Ita hanya memandangiku. Kukecup pentil kirinya dan kuputar – putar dengan lidahku. Ita mendesis dan mengusap – usap kepalaku. Kulanjutkan dengan menggigit dan menyedotnya, bergantian kiri dan kanan. Kadang yang kanan aku sedot, yang kiri aku remas – remas.
Tangan kirinya yang ada di cd – ku makin kuat meremas dan mengusap. “Masukin aja tanganmu Yank..”, aku memintanya. Perlahan tangan kirinya memasuki cd – ku. Diusap dan sesekali diremasnya penisku. Sejenak aku berdiri lalu kuturunkan cd – ku. Kini bagian bawah tubuhku telah bugil. Ita yang untuk pertama kalinya melihat alat kelamin pria dewasa, sejenak mengamatinya. Kami menghentikan aktifitas seksual beberapa menit karena Ita banyak bertanya ini dan itu tentang penis dan vagina. Aku disuruhnya duduk sementara Ita duduk di lantai sambil memegangi penisku. Dikocoknya pelan – pelan sesekali diremas kuat. Tiba – tiba bibirnya mendekati penis dan mengecupnya. Dua detik kemudian penisku telah memasuki mulutnya. “Yank..oohh..nggak usah..kamu kan belum pernah..”. Ita tidak menjawab, asyik mengemut dan mengocok penis yang berada di mulutnya. Karena Ita sendiri yang berkemauan maka aku juga tidak menyuruhnya untuk berhenti. Aku usap – usap rambut dan pipinya.
“Udahan yuk..tapi pindah ke kamar..mau yank..??”, aku memberanikan diri. “Terserah Mas aja..”. “Kalo nggak ya gak pa2..”. “Nggak pa2 Mas..”. Kami mengenakan pakaian kembali walau hanya sekenanya. Sesampai di kamar, aku menggelar karpet tebal dan menata bantal. Kuajak Ita duduk lalu kuciumi lagi. Belakang kepalaku langsung dipegangnya saat lidahnya memasuki mulutku. Dua tangannya membuka celana jeansku dan menurunkan cdnya sekalian. Aku tak mau kalah. Kaosnya kubuka dan meremas – remas dua susunya, karena bh – nya tidak dipakai. Penisku dikocoknya dengan semangat. Kaosku dibuka dan dua pentilku diperlakukan seperti aku memperlakukan pentil – pentilnya. aku direbahkan di karpet dengan bantal di kepalaku. Lidahnya menari – nari di dada sedang tangan kanannya mengocok penisku. Sekarang lidahnya turun ke pusar terus ke penis.
Bagaikan sedang menjilat dan mengemut es krim, Ita melakukannya pada penisku. Nafasnya bagai mendaki bukit. Matanya semakin sayu. Aku bangun dan kubaringkan di karpet dengan bantal menyangga kepalanya. Kuciumi bibir; mata; pipi; leher lalu turun ke bawah. Kugigit dan kusedot dua pentilnya. Jari jemari kananku mengusap – usap dan menekan vagina yang masih terbungkus celana kain. Tangan kirinya langsung meremas dan ikut menekankan di kelaminnya. Perlahan kumasukkan tangan kananku ke balik celananya. Terasa rambut keriting dan kuperkirakan hanya sedikit. Tersentuh juga garis tengah vaginanya yang telah basah. Sedikit terangkat tubuhnya, “oouughhh..Masss..”. kulanjutkan dengan menekannya lembut dan mengusap – usapnya. Aku masih belum berani membuka celananya. Tekanan itu tak bisa kutahan. Pelan aku turunkan celananya. Ita memandangku, “Kenapa dibuka Mas..”. Aku tak menjawabnya. Ita mengangkat sedikit tubuh bawahnya.
“Yank..mo ngrasain gimana orgasme itu..?”. “Gimana caranya..g dimasukin kan Mas..?”. Aku tersenyum dan menggelengkan kepala. Kurebahkan tubuhku pelan di atas tubuhnya. Aku cium lembut bibirnya saat kugerakkan pelan tubuh bawahku. Dadaku menekan lembut dua gunung kembarnya. Aku posisikan tepat penisku di vagina yang masih terbungkus cd. Secara santai aku maju mundurkan dan kutekan – tekan penisku. Dua tangannya meremas pelan pantatku. Semakin lama intensitas kecepatan kutingkatkan. Nafas Ita sudah ngos – ngosan. Bibirku diciumnya kuat. Aku pegang dua pahanya dan kuminta dijepitkan di pinggangku. Aku gigit dan remas – remas dua susunya. Sempat aku lirik jam dinding, sudah 10 menit sejak kami duduk di karpet.
Tak berapa lama, “Yannnkkk…oohhh..ohhhsssttt..”, tangan kirinya menekan pantatku sedang yang kanan mencengkeram punggungku dan dua pahanya menjepit erat pinggangku. Punggung dan kepalaku diusap – usapnya. “Kenapa Yank..kamu keluar..?”. “Nggak tau Mas..rasanya enak dan enteng..”. Ita rupanya belum pernah merasakan dan tahu yang namanya orgasme. Aku cium bibirnya dan kuusap – usap pipinya. “Iya..itu namanya orgasme. Enak ya..aku ikut seneng”. Kami berpelukan mesra setelah aku berguling disampingnya. Kami lalu berbincang dan tertawa, seakan tak ada rintangan di depan nanti. Tangan kirinya menuju penis dan menggenggamnya. “Kok kecil Mas..”, sambil memainkannya. “Udah gak ada rangsangan..makanya mengecil”. “Ooo..jadi harus ada rangsangan baru membesar dan panjang kayak tadi..”.
Kemudian penisku diremas – remas lembut dan diusap – usapnya. Lalu dikecup dan diemut. Tak menunggu lama, senjata kebanggaanku sedikit demi sedikit mulai berdiri. Ita makin semangat melumatnya. Dua telurku tak luput digigit pelan. “Yank..mo orgasme lagi..?”. Ita memandangku, “mau Mas..”. “Wah..jadi doyan ya sekarang..”, aku menggodanya sambil nyengir. Penisku diremasnya kuat, “yang ngajarin siapa lho..”. “Aduhh..sakit Yank..”, aku meringis sedikit. Ita merebahkan tubuh di atasku. Ia langsung menggerak – gerakkan tubuh bawahnya. Bibirku dilumat habis. Aku mengimbangi dengan mengusap – usap punggungnya dan meremas – remas pantatnya. Kumaju mundurkan pantatnya kadang cepat kadang pelan, dan kusisipi dengan kutekan – tekankan ke penisku. Matanya kian lama kian meredup. Kepalang basah, aku bangun dan ganti kurebahkan ia. Kuturunkan cd – nya cepat. “Kok dibuka cd – ku Mas..”. “Kalo nggak mau gak pa2 kok Yank..”, aku membela diri. “Nggak pa2 wis Mas..”. Aku ambil lulur tubuh dan kubalurkan di penis. “Buat apa Mas..nggak panas tha..”. “Katanya mo orgasme lagi..sekarang nikmati aja ya..”.
Kuletakkan penis tepat di tengah vagina, sedikit di atas. “Jangan dimasukkin lho Mas..”. “Nggak Yank..”. lalu aku menurunkan tubuh. Penisku dan vaginanya terasa licin karena lulur. Membuat gerakan dan gesekan menjadi lebih leluasa. “Enak Yank..?” “Enak Mas..licin dan anget2 gimana..”, Ita tersenyum. Kami berciuman lagi. Susu kanannya disodorkan ke bibirku yang langsung menyambutnya dengan menyedotnya. Dalam 10 menit ke depan nafas kami saling berlomba. Pinggangku dipeluk erat oleh dua pahanya. Aku menahan tubuh dengan meletakkan dua siku di sisi kiri dan kanannya. Terasa makin hangat vaginanya. Penisku meluncur di garis tengah vaginanya dengan lancar. Aku bangun dan untuk sesaat kutekan penis tepat di lubang vaginanya. Ita meringis, “sakit Mass..”. Aku menciumnya, “cma ngetes Yank..”.
Kupegang erat dua pahanya ke atas. Aku gesek – gesekkan penis dengan cepat. Ita semakin terengah – engah. “Maasss..ooofffsssttt..”, dua tanganku yang sedang memegang paha kiri dan kanannya dicengkeramnya kuat. Penisku dijepit erat oleh dua pahanya. Aku menundukkan tubuh, kami berciuman cepat. Tak berapa lama,” Yankkk..emmpphhh..”. Penisku memancarkan air kenikmatan ke perutnya. Aku menciumnya dalam dan lama. Kuusap cepat dengan kaosku karena hampir menyusuri pinggangnya menuju karpet. Kami berpelukan lama dan saling mengusap rambut. “Makasih ya Mas..”. “Aku yang makasih..”. Lalu aku menyuruhnya untuk segera membersihkan diri di kamar mandi, karena hari sudah malam. Selama dalam perjalanan pulang Ita diam saja, ternyata begitu sampai rumahnya ia terbangun. “Ngantuk Mas..capek..”, begitu alasannya.
maafkan aku Yank, sudah mengajari yang seharusnya tidak boleh padamu. kan kujaga hingga kelak kita menikah nanti…

Tamat

Comments (1)

Seks dengan Cewek Imut

Berikut adalah cerita seks pertama di blog kami. Sudah 3 hari terpendam hasrat untuk ..akhirnya kesampaian juga…
Sewaktu itu saya baru pulang dugem..dung te senat senutt…
cuma disana ga dapat apa2…Hehe..Ilmu SSI belum turun dari kang Ayank…
huhu…trus daripada jadi penyakit, sya tancap gas lagi…Akhirnya dapet juga de..namanya AYU…

skip skip skipp
langsung ke medan tempur de…

mulai de ritualll…ritual BJ pun dimulai….nikmatnya…trus di sela kesibukan…dia bilang ih lucunya..(hmmm dalam hati,LUCU..baru kali ini ada yang blg lucu..haiyaaa.)…slup..slup…setelah 10 menit maenin Youngs gunners,giliran saya mulai maenin little bobs dia..mmm…sambil nyemot puting Ayu, dia merintih sambil berbisik yang keras nyemotnya…ya dah de ,aku tambahin kempotanku…enak bgt….trus aku bisikin tepat di kupingnya..kita mulai yahh…soallnya dedeku uda ga sabaarrr niee..…mulai de MOT..haha…pertama aku usap2 dulu si dick’s ke mekinya..sedikit demi sedikit aku mulai paksa dedeku masuk ke lubang surga..(whwwkww…kesan besar banget yah dedeku…padahal ma engga ,ternyata mekinya itu memang masi sempit banget…heheh..)
ayu pun merintih…erangannya bikin aku tambah sakti…aku mulai menaikkan kecepatan…trus..truss..trusss…setelah berjuang di MOT lalu giliran WOt…
nah itu yang bikin saya HORMAT MR V….adu ga kuat de…akhirnya crot juga..wuhh akhirnya tersalurkan juga…

Sekian dulu untuk pembuka bro….

Leave a Comment

« Newer Posts