Archive for March, 2010

Cerita selingkuh pribadi

Ini adalah cerita selingkuh yang bisa dibilang awal dari perselingkuhan dalam hidupku. aku menjadikan ini kenangan dan sangat susah untuk dilupakan seperti saat memperawani wanita.

Teman selingkuh
Waktu kuliah dulu, aku punya teman kuliah cewek yang serba mini, Novi. Tingginya tak sampai 140 cm dengan berat badan yang hanya 40 kg. tak ada yang istimewa darinya. Tapi bagiku yang tingginya 186 cm dengan berat 95 kg, dia menjadi begitu, sangat dan sungguh istimewa. Dari antar jemput kuliah, ngerjain tugas bareng dan makan bareng, kuberanikan diri tuk mengutarakan keinginanku tuk mengecup bibirnya. Dan tenyata, dia berkata “Kenapa tidak langsung diciumaja?”. DEP!!! Kok mudah ya? Yang langsung aja kucium lembut bibirnya. Dan dia membalas ciumanku ini. Hahahahaaaa….. malah aku yang ndredeg jantungnya. Malam itu cukup sampai disitu. Belum berani lebih jauh.

Malam kuliah selanjutnya, saat pulang, aku diajak ke kamar kostnya. Maksud hati sih, yah nyambangin teman aja deh. Jadi tanpa bayangan macam-macam maen deh ke kostan nya. Ngobrol ngalur ngidul, gak kerasa panas juga kamarnya. Cuma pake exhaust van dan saluran udaranya terbatas. Dia gerah juga. Dan langsung aja tanpa pemisi dia ganti pakaiannya dengan sehelai kaos yang kebesaran untuk ukuran tubuhnya tepat di depan mata yang sudah nanar ini. Seksi, sangat seksi. Aku suka wanita, bukan perempuan, yang tahu bagaimana bersikap manja dan memancing lelaki. Namun aku masih gak berani angkat senjata. Dan kembali kita ngobrol berbicara seputar ekonomi makro Indonesia.

Gak kerasa sudah jam 12.00 tepat, aku jadi bingung gimana mau keluar dari kost ini. Kasihan dia, ntar diomongin aneh-aneh ato dilaporkan ke RT atao apalah. Dan dia menawarkan buat nginep. Hmmmmmmmmmmmm………… oke bolehlah. Di kamar kost yang sempit itu hanya ada single springbed dan dia minta aku tidur di sebelahnya. “Maaf, di lantai aja” jawabku. “Oke. Di lantai di sebelah kasurku ya…” pintanya. Kenapa tidak. Tak lama pun kami terlelap dalam gelapnya kamar.

Di tengah tidurku, kumendengar desahan. Siapa ya? Kucing? Gak gini deh suara kucing? Desah yang penuh rasa, gairah yang ditahan, berat. Aku bangun dan melihat Novi memainkan payudara ranum nan mungil dan meqi merah yang gundul.
Aku diam.
Tak mau mengganggu pemandangan indah nan eksotis ini.
Aku hanya diam mematung.
Dia terus bermain pelan, merasakan setiap gelombang sensasi yang bermain di syarafnya.
Aku harus diam.
Kedua tangannya mengusap payudara muda, ranum dan kecil itu, tanpa mau kehilangan sedikitpun sensasinya.
Aku masih diam.
Tangan kanannya turun meqinya, memainkan itilnya yang semakin melesakkan desah yang tercambuk dari bibirnya.
Aku pun keringet dingin.
Pinggul itu terangkat ke atas seolah adalah bantal di bawahnya, kaki membuka menunjukkan keperawanan yang minta untuk dipaksa.
Tanganku mengepal keras.
Dia teriak keras tertahan, tangan kanannya basah mengkilat.
Aku terduduk diam membisu.
Dia terkulai lemas menikmati seluruh sensasi yang menerjang dirinya.
Aku diam dan berpikir…
Mataku tertangkap matanya.




Novi, 30 tahun, masih single, baru diputusin pacarnya, seorang dosen di sebuah universitas ternama di Surabaya dan seorang karyawan di perusahaan ekspedisi. Tak heran tak ada waktu untuk berpacaran. Dan diusianya yang 30 tahun itu, dia hidup dalam fantasi. Sedangkan aku adalah seorang suami yang istrinya tengah mengandung, laki-laki yang sedang tak memiliki tempat penyaluran hasrat.




Aku berdiri dan tetap menatap mata sayu itu. Mata yang seolah meminta dan mengijinkan aku tuk menyentuhnya. Kuraba kulit tangannya dengan telunjuk dan jari tengah tangan kananku. Lembut. Ku elus pipinya sambil tetap menatap matanya dan ku cium tipis bibir merah itu dan dia, diam. Kuturunkan bibirku ke jemari kakinya dan ku cium serta kujilat ke atas. Jemari, kaki, betis hingga lipatan lututnya. Harum dan lembut. Kucium dan kujilat lipatan lututnya. Pelan namun pasti kubermain di situ. Desahan indah kembali melesak dari bibirnya. Sambil memainkan lidahku di lipatan lutut kaki kanannya, kedua tanganku mengelus paha dan betis sekal itu. Novi meracau “Geli”. Aku pun menaikkan posisi mulutku dengan menjilati paha putih mulus itu. Lidahku serasa pahit, beku dan asin terkena keringat, parfum atau lotion yang ia pakai. Hingga tiba bibir ini di semak tipis yang tertata halus dan indah. Sengaja kulewatkan semak itu dan naik ke perutnya. Bukan perut yang sixpack, tapi tetap indah dalam jilatanku. Lalu naik ke payudaranya? Tidak. Kubalik tubuhnya hingga bisa kulihat bentuk papan surfing yang akan aku kendarai. Kujilat dan kucium pantat montok, keras dan kenyal itu. Kuremas dan kugigit dengan kegemasan tersendiri. Naik lidahku ke punggung dan belakang lehernya. Dia pun menggelinjang liar seakan dibanting ke lantai. Kumainkan lidahku di telinga mungilnya sambil meraba perut dan pantatnya. Kemudian kubalik lagi tubuh mungil itu hingga putingnya yang mengeras itu seakan menantang siapa saja yang melihatnya. Dengan nafas menderu, gelora nafsu yang ku bendung dan badai hasrat yang harus ku tahan, ku cium tipis putting itu. Novi teriak tertahan. Kujilat dan kupilin putting kanan sembari putting kirinya kumainkan bak tuning radio. Kemudian kujilat bukit mungil itu dengan penuh khitmad. Akhirnya kuturunkan wajahku berhadapan dengan meqi mungil nan merah itu. Ku belah dengan tanganku dan lidahku pun meluncur halus ke klitorisnya besar. Well, wanita semungil ini klitnya malah gede. Permainanku yang halus pun mulai ku tekan, mulai agresif kumainkan meqinya. Sembari membasahi klitnya dengan ludahku. Tanganku langsung meremas kasar pantatnya yang kenyal itu. Lidahku kumasukkan ke lubang meqinya tuk menghisap cairan cinta yang mengalir bak lava. Kuhisap habis cairan cinta itu hingga kering meqinya. Langsung ku masukkan satu payudaranya ke dalam mulut hingga masuk semua ke dalam rongga mulutku. Sambil tangan kananku memainkan klitnya hingga dia kebingungan dan hanya mampu mengatakan “Enak sayang”. Semakin aku murka seakan mau mengoyak tubuh mungil itu dan menelannya. Ku lancarkan agresiku kasar dan keras. Jilatan, ciuman, genggamanku serasa overload powernya. Hingga meninggalkan banyak memar.
Kusodorkan 15cm ku ke mulutnya dan kembali kuhisap meqi mungilnya. Sama-sama terbakar dalam nafsu, kami saling memberikan kenikmatan. Saling membalas. Saling menyiksa. Dan kami sama-sama meledak dalam gelap dan dinginya dini hari itu. Lemas dan keterbukaan setelah ledakan nafsu, aku berbaring di sisi tubuh mungil nan indah itu sambil memainkan puttingnya dengan jemari tanganku.
Tak lama kemudian, my junior has awake. Langsung kuangkat kedua kakinya ke atas dan kuhujamkan 15 m ku ke meqinya dengan membabibuta, tanganku meremas payudara dan mulutku menempel ketat di lehernya. Kasar dan keras ku kendarai papan surfing-ku. Seakan ombak marah dan murka. Rasanya ingin kumasukkan semua 15 cm ku ke meqinya. Kemudian aku berbaring dan kuangkat dia duduk di atasku, 15 cm ku langsung mencari jalannya sendiri masuk ke meqinya. Kuposisikan kedua kakinya selonjor di dadaku dan kugenggam masing-masing kakinya sambil ku goyang kakinya sehingga 15 cm ku bergerak sendiri dalam rahimnya. 10 menit ku bertahan dalam posis itu. Novi? Dia mendesah dan melenguh keras. Novi minta doggy style dan kuberikan walau agak sulit karena perbedaan postur yang cukup jauh. Tapi tetap saja, ada nafsu ada jalan. Semua tenaga dan daya tahanku kukeluarkan tuk menghujam meqinya dari belakang. Kutekan, kuhujam, kupaksa hingga Novi dian kwalahan. Dan akhirnya kami berteriak berbarengan. Ledakan kedua malam itu. Indah, sensasional dan erotis.
Kami pun lemas lunglay dalam gelap.

Demikian cerita saya yang sangat seru dan bikin konak terus.

Leave a Comment

Seks Dengan Costumer

Aku kerja di satu bengkel umum, banyak customernya karena kerjaan bengkel ini rapi dan bosnya ramah ma customernya. Karena mekanik semuanya lelaki maka aku menjadi mahluk Tuhan yang paling seksi dibengkel itu (Lagunya Mulan kali ya). Satu sore, sekitar jam 4 sore dateng seorang customer, inilah awal cerita seks saya terjadi. aku belon pernah liat ia dateng ke bengkel dalam 6 bulan ini (Aku baru kerja di bengkel selama 6 bulan, sebelumnya aku kerja di importir spareparts dimana bengkel itu menjadi langganannya. Jadi aku dah kenal dengan pemilik bengkelnya karen aku yang menjadi sales executive importir itu dalam melayani kebutuhan bengkel akan spareparts mobil). “Sore pak, apa yang bisa dibantu, bapak baru ya kemari”, sapaku. “O, aku langganan lama, mana pak Joko (Pak Joko itu pemilik bengkel)”. “O, bapak kenalan pak Joko toh. Pak Joko sekarang gak aktif di bengkel pak, ada wakilnya pak Yudi sekarang”, jawabku. “apa keluhannya nih”. “Saya yang taadi telpon minta meknaik ke rumah”. “O pak… (aku menyebut namanya, gak usah ditulis yah). Mobilnya dah beres pak?” “Belum, justru dibawa kemari karena katanya tengki bensinnya kotor sehingga aliran bensin ke mesin terhambat. Katanya mesti dikuras”. Aku membuatkan SPK (Surat perintah kerja) ke mekanik yang handle mobil sibapak tadi dirumahnya. “Kamu baru ya kerja disini”. “Iya pak, baru 6 bulan. Bapak sih dah lama gak kemari, jadi gak tau deh kalo ada Ines disini”. “O namanya Ines toh, cantik”. “terang aja kliatan cantik pak, disini kan batangan semuanya”, candaku. “Kok batangan?” “Iya pak pada bawa batangan kemana2, bapak juga kan?’, candaku makin vulgar, aku mo liat dia nanggepin gak. Tapi dia diem aja. “Pak Joko gak kemari2 lagi ya”. “Iya pak, katanya dah cape, mo santai, kan dah ada wakilnya”. “Gak ada temen ngobrol nih, biasanya sembari nunggu mobil dikerjain, aku ngobrol dengan pak Joko”. “Kan ada Ines, pak. Ines mau kok nemeni bapak ngobrol”, sahutku tersenyum. “Kalo ngobrol ma kau gak disini lah Nes”. “Abis dimana pak”. “Ya ditempat laen yang lebi santai lah. Kamu dah nikah?” Belon pak”. “Tinggal dimana?” Aku menyebut daerah tempat tinggalku. “Ma ortu?” “Gak pak ngekos”. mekanik menghampiri kami, mengajak si bapak ke mobilnya yang sudah diangkat keatas dengan lifter. Kayanya mo nerangin ma si bapak apa2 yang sedang dikerjakan dan ada filter bensin yang mesti diganti. Si bapak mah ok ja. Mekanik menghampiri aku, “Filter bensin diganti”. Aku mencatatnya untuk keperluan billingnya. Si bapak menghampiri aku lagi. “Mangnya bapak mo ngajak Ines santai dimana?” aku memang agresif ma lelaki yang aku suka. Sibapak umur sekitar 30an akhir lah, ganteng, badannya tegap, rajin fitness kali. “Kamu bubar bengkel jam brapa?’ “Sekitar magrib lah pak, kan Ines mesti beres2 dulu”. “apanya yang diberesin?” “Ya bikin laporan pemasukan hari ini, catetin stok spareparts yang kepake, baru pulang”. Dia diem saja dan kembali ke mobilnya. Mobilnya sudah dikuras tengki bensinnya, sudah ditrunkan dari lifternya, sekarang mekanik sedang memeriksa pengapian mesin. Gak lama lagi mekanik kembali, “Filter udara dan busi mesti diganti”. Kembali aku mencatatnya. Selesai dikerjakan, si bapak membayar billnya. Dia berbisik ke aku “Aku tunggu di warung pecel lele disebrang ya, abis magrib ya”. Sambil tersenyum dia meninggalkan bengkel. Diseberang bengkel memang ada warung pecel lele, enak juga makanannya. Rupanya pancinganku kena, si bapak mo ngajak aku santai.

Bubaran kerja, segera aku nyebrang jalan, sibapak sudah nunggu aku di warung itu, dia sedang minum es klapa muda. “Mo minum apa Nes”. Aku pesen es klapa muda ditambahi jeruk peres. “kamu tau ja minuman yang asik. Mo makan apa nih, dah waktunya makan malem kan”. Memang sih dah stengah 7 an saat itu. “Terserah bapak lah”. “Disini kan terkenalnya pecel lele, pesen itu aja ya”. “Oke pak”. Dia mesen pecel lele 2 dan karedok satu serta nasi putih. “kamu seksi banget si Nes”, mulai deh jurus gombalnya dikluarin. “ah biasa ja kok pak”. “Cantik, seksi lagi”. “Bapak, ah muji terus”. “Jangan manggil bapak dong, formal amir sih”. “Amir? sapa tu”. “Iya Amat lagi cuti jadi amir yang gantiin”, candanya. Aku tertawa. “Trus mesti manggil apa, kang aja ya. Turunan Sangkuriang kan?” Kok tau Sangkuriang sih”. “Ya taulah bang. Ines kan anak gaul”. “O anak gaul toh, sering digauli ya”. Aku tertawa ja. “Iya Nes, sering digauli ya, ma sapa?” “Ma cowok Ines kang”. “Sering?” “Sering juga kang, suka nagih kalo dah kelamaan gak maen”. “Sekarang dah lama gak maen”. “Kok akang tau sih”. “Agresif gitu, pasti lagi ketagihan kan”. aku senyum ja. “Mangnya akang mo ngajak Ines ke mana?” “Deket sini ada motel, kesana aja yuk”. “Kan jam2an kang”. “Iya, bisa kok pesen ampe pagi, mangnya kamu gak kerja besok?” “Tadi aku pamit masuk siang”. “wah dah antisipasi rupanya”. “Iyalah, kan akang ngajakin nyante”. Makanan dateng, kami makan dengan sante, gak diburu2 waktu sembari ngobrol dan becanda ringan. “Akang sering ya ngajakin abege ke motel”. “Sering juga Nes, kan aku butuh penyaluran juga”. “Mangnya gak da bokin”. “Gak da Nes, dah cere”. “O”. terus aku terdiam. “akang sukanya abege yang kayak apa?” “Ya yang kaya kamu, cantik, seksi lagi”. “apanya si yang seksi kang, biasa ja tuh. Gak da yang gede kan”. “Iya sih gak gede tapi kamu menarik lo Nes, makanya aku bilang kamu seksi”. Memang bodiku kutilang walaupun gak darat2 amat.
Selesai makan, dia ngajak aku ke toko deket warung, beli minuman dan makanan kecil, “buat ntar. Kan mo ampe pagi kan”. Dah rada malem ketika mobil meluncur menuju motel. Dimobil aku sengaja meletakkan tanganku di pahanya dan mengelus2nya. Kulihat selangkangannya membengkak, aku hanya membayangkan berapa besarnya barang yang tersembunyi dibalik celananya yang menggembung itu. “akang dah ngaceng ya, baru juga dielus pahanya”. “Kamu sih nakal tangannya”. “Motelnya jauh kang”. “Gak kok, deket sini”. Sesampe dimotel, mobil langsung meluncur kesalah satu kamar, rolling door ditutup petugas. Dia mengajakku keluar dari mobil, menggandengku naik kelantai dua sambil membawa blanjaannya tadi. Kamarnya standard aja, ada tvnya, seperti biasa kamar motel slalu ada kaca besar didinding, asik juga ngeliat kalo lagi maen di kaca itu. Malah dilangit2 dipasangin kaca juga. kamar mandi juga cuma ada shower dan wc aja, disediain toileteries juga sih dan anduk. Ada yang mengetok pintu, petugas menagih biaya sewa. Dia pesen ampe pagi, petugasnya bilang bisa sampe pagi. “Kok dikasi sampe pagi kang, dengan biaya tetep. akang langganan disini ya”. “Iya, makanya dapet special rate”. “Kaya ke bengkel ja kang, kudu ganti oli”.

Aku duduk diranjang, dia duduk disebelahku. Aku terus aja mengelus pahanya, makin naik kearah selangkangannya. dia rupanya sudah dikendalikan napsunya. Dia meraih kepalaku dan mencium bibirku dengan penuh napsu. Aku segera membalas ciumannya dan tangannya segera meremas2 toketku. Napsukupun naik jadinya. “Nes, toket kamu kenceng ya, gak gede sih, tapi tetep asik diremesnya”. Kubiarkan dia ngeremes2 toketku. dia menciumi pipiku sambil terus meremes2 kedua toketku bergantian. Aku sudah basah juga karena ulahnya. Segera dia men cium kembali bibirku dan aku segera meremas gundukan diselangkangannya. “kon tol akang gede ya kang”. Dia kembali mencium bibirku, tangannya mulai mengelus2 pahaku, terus keatas dan sampe diselangkanganku, langsung dia mengelus gundukan nonokku yang masih dilapisi pakeanku. Aku menggelinjang karenanya. Dia makin bernapsu, tangannya segera mengangkat kaosku sehingga dia dapat langsung meremes toketku yang masi tertutup bra. Jarinya menyelip kebalik braku dan pentilku diplintir2nya. Sudah ahli juga dia rupanya. “Akang ahli ya ngerangsang perempuan”. Dia hanya menggangguk. Aku hanya duduk membiarkan dia meremes2 tubuhku, aku merintih karena nikmat. Kurasakan tangannya memencet pentilku, dia mengangkat kaosku sampe terlepas dari tubuhku dan kaitan braku paun dilepaskannya. Segarea dia mendekatkan wajahnya ke arah toketku. Lalu ia menjilat-jilat pentilku, tubuhku menggeliat merasakan kenikmatan isapannya. Pentilku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot pentilku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali. Tangan kanannya kembali menelusuri selangkanganku, membuka kancing clanaku, menurunkan ritsluitingnya dan merogoh kedalam cdku. Karena celanaku tidak ketat, dia bisa melakukan hal itu. lalu kurasakan jarinya meraba nonokku, no nok.ku sudah basah. Jari-jarinya menekan-nekan lubang nonokku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari nya mencoba memasuki lubang nonokku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. “Nes, jembut kamu alus sekali”, katanya sambil terus mengulum pentilku. Aku berusaha bangun duduk, tapi tangannya menekan pundakku. Tiba-tiba dia mecium mulutku secepat kilat, sekarang dia menindih tubuhku yanmg telentang diranjang, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku. Cukup lama dia melumat bibirku dan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya mulai meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku ke WC.

Keluar dari kamar mandi, dia rupanya sudah sangat bernapsu, lalu kembali mengecup pentilku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya aku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang toketku habis diremas-remas dan diciumi. Pentilku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu. Akupun demikian juga, aku mangacak-acak rambutnya. Dia terus melumat pentilku. Nikmat sekali. Aku meremas tonjolan kontolnya. Terasa sekali kontolnya sudah ngaceng berat, keras sekali. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. Dibukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih kontolnya, dia kini sudah berbugil ria. kontolnya lumayan besar dan panjang. Keras sekali ngacengnya. Aku mengocok kontolnya. “Kang, keras banget”, kataku sambil jongkok didepannya, menciumi kontolnya dan menghisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya. “Aah Nes, kamu pinter banget bikin aku nikmat”, erangnya, “aaaduuuuuhh Nes, enak banget emutan kamu”. kontolnya kujilati seluruhnya kemudian kumasukkan ke mulutku, kukulum dan kuisep2. Kepalaku mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya di mulutku. aku kocok2 sambil kuremas bijinya. Agak lama aku mencumbu kontolnya, dia minta gantian, dia ingin mengerjai nonokku. Segera dia memelorotkan celana ku sekaligus dengan cdku. Aku sudah bertelanjang bulat. Aku dibaringkannya diranjang, paha kukangkangkan dan dia memposisikan dirinya diantara kedua pahaku. Dia mulai menjilati nonokku, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir nonokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka nonokku pelan2, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir nonokku. Aku mengerang hebat, “Kang aakh”. Pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di nonokku. “Terus kang aakh”, erangku lagi, kemudian terasa itilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. nonokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut itilku dan akhirnya “Kang, Ines nyampe kang, aakh”, erangku. “kang, nikmat banget deh, belum dien tot udah nikmat begini kang”.

Aku memutar badanku kesamping dan berbaring disebelahnya. Dia bangun dan mencium bibirku. “Masukin aja yuk, Ines sudah ingin ngerasain kon tol akang!” kataku sambil menciumnya. dia tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya”, godanya. “Akang juga sudah enggak kuatkan sebenarnya kang”, Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot. dia tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata dia pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa nonokku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan kontolnya yang besar. Dia tidak segera memasukkan kontolnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak. dia menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi dia, lalu diremas-remasnya toketku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap nonokku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang nonokku yang basah merekah. ?no nok kamu bagus, tebel, pasti enak ngen tot sama kamu..,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi.

Kubiarkan saja apapun yang dilakukan dia, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku. Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas dia semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas toketku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu.., terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang nonokku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan kontolnya. Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kon tol dia memasuki liang nonokku. Terasa penuh, nikmat luar biasa. “Oohh..,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara dia mulai memaju mundurkan kontolnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali. “Kang, kon tol akang enaak..!!,” kataku setengah menjerit. dia tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan kontolnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang kontolnya seperti hendak membongkar liang nonokku sampai ke dasar. “Oohh.., toloongg.., gustii..!!” dia malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis. “Aahh, kon tol akang.., oohh..!” dia terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang kon tol yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami ngen tot dengan posisi menyamping, nampaknya dia sama sekali tidak kesulitan
menyodokkan batang kontolnya didalam nonokku. Orgasmeku cepat sekali
terasa akan meledak. “Ines mau keluar kang”, aku menjerit-jerit. “Yah, aku juga, aku juga! Enak banget ngen totin kamu”. dia menyodok-nyodok semakin kencang. “Sodok terus, kang. Yah, oohh, yahh, ugghh!! Enaak.., kon tol akang enak, kon tol akang sedap, yahh, teruuss..” Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantatnya. kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa nonokku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme! Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. dia mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.

Kuturuti permintaan dia. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. dia mengikuti gerakanku, batang kontolnya tetap menancap dalam nonokku. Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal perjalanan birahinya sudah cukup lama sejak tadi. Aku menikmati gerakan maju-mundur kon tol dia dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, nonokku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. dia segera menunduk, dikecupnya pipiku. “kang.. akang hebat banget. Ines kira tadi akang sudah hampir keluar,” kataku terus terang. “Emangnya kamu suka kalau aku cepet keluar”, jawabnya lembut di telingaku. Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. dia mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti
mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan. dia melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kontolnya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam nonokku. Aku mulai mengerang-erang lagi. “Oorrgghh.., aahh.., ennaak.., kon tol akang enak bangeett.. kang”, dia tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan dia pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali ku maju mundurkan berlawanan dengan gerakan dia. Dia itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme. “kang, nanti
ngecret aja di no nok Ines”. “Gak apa2 Nes?” “Gak apa kok, malah tambah
nikmat kan kalo ngecret didalem no nok Ines”.

Tiba-tiba dia menyuruhku berbalik. Dicabutnya kontolnya dari nonokku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. dia langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. dia memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang kontolnya yang keras menghunjam mulut nonokku yang menganga. “Aarrgghh..”, aku menjerit. “Aku hampir keluar”, dia bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kon tol dia. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat. “Terus, akang.., teruuss..”, desahku. “Ooohh, enak sekali.., aku keenakan.., enak banget ngen tot ama kamu”, Erangnya. “Ines juga, no nok Ines keenakaan..”, Balasku. “Aku sudah hampir keluar, teh.., no nok kamu enak bangeet”. “Ines juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss.., yaah, Ines juga mau keluarr!” “Ah, oh, uughh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaar..Nes”. “Yaahh teruuss, sodok teruss kang. Ines mau keluar, Ines keenakan ngen tot sama akang., yaahh.., teruss.., arrgghh.., sshh.., uughh.., aarrghh”. Tubuhku mengejang sesaat sementara otot nonokku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, dia menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kontolnya dalam-dalam di nonokku. “Oohh..”, dia pun menjerit, sementara terasa kontolnya menyembur-nyemburkan cairan peju di dalam nonokku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu. Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, kontolnya masih terus bertautan dengan nonokku. dia memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.”Enak banget,” bisiknya beberapa saat kemudian. “Hmm..”, Aku menggeliat manja. Terasa batang kontolnya bergerak-gerak di dalam nonokku. “no nok kamu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu”. “Apalagi kon tol akang, keras banget, ” dia bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. dia menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati toketku. dia lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi.

Pentilku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambutnya karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. dia mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata. “Aku bisa enggak puas-puas ngen tot ama kamu, kamu juga suka kan”. Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi dia sebagai jawaban. “Akang lihai sekali ngen totnya kang, sampe terkapar nih dien tot akang”. Dia diam saja, terus menjilati danmengemut pentilku, sampai akhirnya napsuku bangkit lagi. Luar biasa ni lelaki, gak ada matinya. Staminanya kuat banget. malem ini dia bisa bersamaku mengayuh biduk dilautan kenikmatan.
dia langsung saja menindihku. kontolnya diarahkan ke belahan nonokku yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu dia menekan kontolnya sehingga kepala kontolnya mulai menerobos masuk nonokku. Aku mengerang keenakan sambil memeluk punggungnya. Dia kembali menciumi bibirku. Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera kuisep2. Sementara itu dia terus menekan pantatnya pelan2 sehinggga
kepala kontolnya masuk nonokku makin dalam dan bless kontolnya sudah masuk setengahnya kedalam nonokku. “Aah, kon tol akang nikmat banget deh”, erangku sambil mencengkeram punggungnya. Kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya sehingga kon tol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. “kang, ssh, enak kang, terusin”, erangku. Aku menggeliat2 ketika dia mulai mengeluar masukkan kontolnya di nonokku. Aku mengejang2kan nonokku meremes2 kontolnya yang sedang keluar masuk itu. “Nes, nikmat banget empotan no nok kamu”, erangnya. Dia memelukku dan kembali menciumi bibirku, dengan menggebu2 bibirku dilumatnya, aku mengiringi permainan bibirnya dengan membalas mengulum bibirnya. Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepat dan keras, aku menggeliatkan pinggulku mengiringi keluar masuknya kontolnya di nonokku. Setiap kali dia
menancapkan kontolnya dalam2 aku melenguh keenakan. Terasa banget kontolnya menyesaki seluruh nonokku sampe kedalem. Karena lenguhanku dia makin bernapsu mengenjotkan kontolnya. Gak bisa cepet2 karena kakiku masih melingkar pinggangnya, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di nonokku. Kenikmatan terus berlangsung selama dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, akhirnya aku gak tahan lagi. Jepitan kakiku di pinggangnya terlepas dan kukangkangkan lebar2. Posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk nonokku dan rasanya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian aku memeluk punggungnya makin keras “kang, Ines mau nyampe kang”. “Kita bareng ya Nes”, katanya sambil mempercepat enjotannya. “kang, gak tahan lagi kang, Ines nyampe kang, aakh”, jeritku saking nikmatnya. Kakiku kembali kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontolnya nancep dalam sekali dinonokku. nonokku otomatis mengejang2 ketika aku nyampe sehingga bendungan pejunya bobol juga. “Akh Nes, aku ngecret”, dia mengerang sambil kembali mengecretkan pejunya beberapa kali di nonokku. Dengan nafas yang terengah engah dan badan penuh dengan keringat, aku dipeluknya sementara kontolnya masih tetep nancep di nonokku. aku
menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos2an, dia mencabut kontolnya
dari nonokku. kontolnya berlumuran lendir nonokku dan pejunya sendiri. Dia berbaring disebelahku, “Nes, kamu nikmat banget deh kalo dien tot.”, katanya sambil mengelus2 pipiku.

Hari sudah menjelang tengah malem ketika kami selesai ngen tot. Aku merasa lapar, “kang, Ines laper kang”, kataku. “Iya Nes, aku juga laper lagi nih, abis kerja keras sih”, jawabnya. “Mandi yuk” ajaknya. Kami bercanda-canda di kamar mandi seperti anak kecil saling menggosok dan berebutan sabun, dia kemudian menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Aku duduk dipangkuannya dan tangannya mengusap2 pahaku. “Kamu cantik sekali”, katanya. Tangannya pidah ke bukit nonokku mempermainkan jembutku. Dia bisa melakukan itu karena aku mengangkangkan pahaku. Tangannya terus menjalar ke atas ke pinggangku. “Geli kang”, kataku ketika tangannya menggelitiki pinggangku. Aku menggeliat2 jadinya. Segera tangannya meremes2 toketku.”Toket kamu kenceng ya”, katanya. “Akang suka kan”, jawabku. “banget”, jawabnya sambil terus meremes2 toketku. DIa kemudian mencium bibirku. Akhirnya usailah kemesraan di kamar mandi. Kami saling mengeringkan badan, berpakaian. “Makan yu”. Kami makan penganan kecil yang dia beli tadi.

Setelah ngemil, kami kembali berbaring diranjang, bertelanjang bulat. kontolnya yang belum aku apa2in sudah ngaceng berat. Aku menjatuhkan dirinya dipelukan dadanya yang bidang. Segera dia mengecup bibirku, beralih ke leherku dan kemudian turun ke toketku. Toketku diremes2nya, aku terengah, napsuku berkobar lagi. Pentilku diemutnya. Tangan satunya menjalar kebawah, mengilik2 itilku. “Aakh kang, akang pinter banget ngerangsang Ines”, erangku. Aku mengangkangkan pahaku supaya kilikannya di itilku makin terasa. Kilikan di itilku membuat aku makin liar. Tanganku mencari kontolnya, kuremes dan kepalanya kukocok2. kontolnya langsung tegak berdiri dengan kerasnya. kontolnya kuraih, aku jilati. Pertama cuma kepalanya aku masukkan kemulutku dan kuemut2. Dia meraih pantatku dan menarik aku menelungkup diatasnya. Dia mulai menjilati nonokku yang terpampang dimukanya, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir nonokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka nonokku pelan2, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir nonokku. Aku melepaskan emutanku di kontolnya dan mengerang hebat, “kang aakh”. Pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di nonokku. “Terus kang aakh”, erangku lagi, kemudian terasa itilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. nonokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut itilku dan akhirnya “kang, Ines nyampe kang, aakh”, erangku. “kang, nikmat banget deh, belum dien tot udah nikmat begini”.

Kemudian aku dinaikinya, ditancapkannya kontolnya kenonokku dan didorongnya masuk pelan2, “kang, enak, masukin semuanya kang, teken lagi kang, akh”, erangku merasakan nikmatnya kontolnya nancep lagi di nonokku. dia mengenjotkan keluar masuk, ketika kontolnya sudah nancep kira2 separonya, dia menggentakkan pantatnya kebawah sehingga langsung aja kontolnya ambles semuanya di nonokku. “kang, aakh”, erangku penuh nikmat. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepet, sambil menciumi bibirku sampe akhirnya, “kang, Ines nyampe kang, ooh”, aku mengejang2 saking nikmatnya. nonokku otomatis ikut mengejang2. Dia meringis2 keenakan karena kontolnya diremes2 nonokku dengan keras, tapi dia masih perkasa. Kemudian dia mencabut kontolnya dan minta aku nungging. Dia menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilati dan mengusapi pantatku. Mulutnya terus merambat keselangkanganku. Aku mendesis merasakan sensasi waktu lidahnya menyapu naik dari nonokku ke arah pantatku. Kedua jarinya membuka bibir nonokku dan dia menjulurkan lidahnya menjilati bagian dalem nonokku. Aku makin mendesah gak karuan, tubuhku menggelinjang. Ditengah
kenikmatan itu, dia dengan cepat mengganti lidahnya dengan kontolnya. Aku menahan napas sambil menggigit bibir ketika kon tol besarnya kembali nancep di nonokku. “kang”, erangku ketika akhirnya kontolnya ambles semuanya di nonokku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, mula2 pelan, makin lama makin cepat dan keras. Aku kembali mendesah2 saking enaknya. Toketku diremes2nya dari belakang, tapi enjotan kontolnya jalan terus. Ditengah kenikmatan, dia mengganti posisi lagi, dia duduk di ranjang dan aku duduk dipangkuannya membelakanginya. kontolnya sudah nancep semuanya lagi di nonokku. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu menolehkan kepalaku sehingga dia langsung melumat bibirku. Aku semakin cepat menaik turunkan badanku sambil terus ciuman dengan liar. Tangannya gak bosen2nya ngeremes
toketku. Pentilku yang sudah keras itu diplintir2nya. Gerakanku main liar saja, aku makin tak terkendali menggerakkan badanku, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga kontolnya nancep dalem banget. “kang, Ines dah mau nyampe lagi kang, aduh kang, enak banget”, erangku. Tau aku udah mau nyampe, dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga kontolnya yang masih perkasa lepas dari nonokku. “Kok brenti kang”, tanyaku protes.

Aku ditelentangkan lagi diranjang, aku dinaikinya dan kembali ditancepkannya kontolnya kedalam nonokku. Dengan sekali enjot, kontolnya sudah ambles semuanya. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. nonokku mulai berkontraksi, mengejan, meremes2 kontolnya, tandanya aku dah hampir nyampe lagi. Dia makin gencar mengenjotkan kontolnya, dan “kang, Ines nyampe kang, akh”, jeritku. Diapun merasakan remesan nonokku karena aku nyampe. Enjotannya makin cepat saja sehingga akhirnya, “Nes…” dia berteriak dan terasa pejunya ngecret dengan derasnya di nonokku. “kang, nikmat banget ya malem ini”, kataku. Dia mencabut kontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian aku terlelap karena lemes dan nikmat.

Baca juga cerita tante binal di blog kami yang lain. nantikan cerit kami selanjutnya.

Cerita seks Terlengkap

Leave a Comment

Perjalanan Seks Om Genit

Cerita Seks – Terik Surya menyengat, Hati Om gundah, setelah ternyata pekerjaan yang Om miliki harus Om lepas, dan anak-anak dirumah pada sakit. Terbayang bagaimana senyum si kecil mengantar Om pagi tadi, katanya kerja … sebenarnya Om Cuma mampir dari satu warkop ke warkop lain menggunakan fasilitas wifinya sekedar OL di DS bentar, dan melamar pekerjaan.

Siang terik itu memaksa Om menggeleliat di panas ruangan, Om coba buat merenggangkan otot yang luar biasa penatnya… entah emang otot ini yang penat, entah hati yang penat.. Om rogohkan telapak tangan kanan ke saku celana.. menatap bentar mencoba menghitung beberapa lembaran 5000an, beberapa 20an ribu dan selembar lima puluh ribuan… sekitar 170an ribu, ndak cukup buat exe… nyabun ahh bosan… mungkin sedikit pijat beneran… Om butuh sekarang…

Mobil baru (nyicil) ini membawa Om ke bilangan Landak baru, gontai rasanya masuk ke PP Pon** D***
Lelaki gemulai yang menyapa Om siang itu, ndak terlalu Om gubris… tipis senyum sekedarnya Om Cuma Tanya berapa pijat sejam ? katanya 75 ribu… Otak sederhana Om Cuma berpikir bila dua jam Om pijat disini minimal cukup Uang Om sambil pulang nanti singgah beli coto …
“Ya udah, yang mana aja…”, kata Om tanpa melihat jejeran foto dan nama para therapis di meja penyambutan paling depan… “yang penting pijatnya enak… mana kamar yang dingin ?” lanjut Om

Kamar nya lumayan, bukan terbataskan tripleks dan berpintu gorden seperti PP lainnya. Kamar 4×4 M dengan AC spit model tahun 2000an dengan kamar mandi dalam, spring bad ukuran nomor 2, lumayan Om rasa… Cuma mungkin hati yang sedang ndak terlalu enjoy jumat itu… ah, Om coba menyedot batang rokok om entah yang keberapa hari itu, Om coba hembuskan keras2 ke awang2 berharap semua kesal ikut bersama kebulan rokok Om itu … laksana pria mabuk Om buka baju dan celana Om menyisakan celana dalam Om yang bau itu… lantas tengkurap di tempat tidur besar itu…

Om Cuma bermain2 dengan apa dan bagaimana hidup Om di minggu depan, ndak pernah terpikir siapa therapis yang akan memijat Om ini hari, rasanya remuk perasaanku, ngapain juga harus kupikir buat exepun tak cukup 170ribu ini… Om mainkan pikiran egois Om ke lokasi masa depan yang masih kabur buat diuber… ahh… dunia yang kejam…

Menit berlalu, hampir 10 x
Pelan suara derit pintu dibuka, dibelakangnya Om dengar sepintas langkah munggil sang therapis…
Terbuka pintu, Om masih tengkurap… setelahnya Om dengar lirih suara sapaan sekedarnya, siang pak.. lantas derit pintu kamar ditutup kembali… masa bodo, Om ndak mencoba juga melirik sang therapis yang sepertinya mulai masuk ke kamar mandi, sepertinya pipis sambil mung kin cuci tangan.

Langkah kecil itu terdengar lagi keluar kamar mandi…
Sepertinya ingin menyapa… lantas terdengar suara jatuhnya sesuatu, yang jelas itu minyak pijatnya jatuh, suara tergagap keluar dari bibir manis sang therapis … ah … “aahhh, Bpknya Ve***, astaga !”

Seperti granat jatuh disamping Om, ndak tau dengan kecepatan ultra berapa seraya melompat mendengar nama anak tertuaku disebut. Semi berdiri di kasur putih itu mulut Om terkunci “Astaga… mamanya Zoel***, kenapa disini …. !”

Ya Tuhan inilah tetanggaku nanseksi yang selalu menyapa setiap pagi… dan sore… inilah tetangga Om nan montok yang selalu menjadi bahan bahasan setiap malam di Pos ronda… Sekarang tetangga Om yg Cuma berjarak dua rumah dari rumah Om… tertegun depan kamar mandi sebuah PP menatap Om yang melongo berdiri diatas kasur dengan hanya memakai CD…

Mati, aku !!!!

Seakan berhenti jarum jam untuk beberapa lama
Kami saling memandang dan menelan air ludah, hamba tak tak musti berkata apa… bahkan perlukah menutup auratku yg kini sisa berbalut CDpun daku tak bisa… Nampak wanita dewasa yang kupanggil mamanya Zoe*** ini mulai kikuk dan mencoba mengambil apa yang jatuh tadi, lantas mencoba menenangkan dentum dalam dadanya… Cuma suara lirih …”Maaf Bpknya Ver**** ndak tau saya klo suka kemari…., atau biar kupanggil temanku saja ya … sambil mencoba berdiri dari samping tempat tidur”

“Sudahlah … jangan”, dentuman grogipun coba ku tahan…
Coba ku tarik pelan tangannya agar sama duduk di pinggir tempat tidur… sengaja kupakai lagi kaos dalam bau milikku agar suasana ndak canggung… dan mujlailah kami bercanca layaknya pembicaraan tetangga yang biasa terjadi… ujung-ujungnya…. Dicubitnya pinggir perutku sambil senyum …”Hayo mau ngapain sebenarnya tadi dating kemari …”

Nyengir kuda kucoba sampaikan … sumpah daku Cuma pingin pijit, krn dengan uang yang tersedia saat ini, ndak mungkin minta macam… lanatas dengan pertanyaan nakal coba daku serang… berapa banyak laki2 yang biasa ditemaninya dan permainan apa yang disukanya….

Kami tertawa… gila manisnya senyum itu … sial ndak bisa kubendung…
Terpaksa bibir itu daku lumat juga akhirnya… pelan… pelan … santai, kubiarkan sebentar sebelum akhirnya bibirpun mulai bekerja… dengan ujung lidahku mencoba membelai halus tengkuk dan selesai di bahu, ku gigit sedikit bahu itu….

Di gigit bibirnya… menahan agar tak ada rintihan, entah bagaimana caranya kami telah bugil bersama
Terakhir Cuma kurasa tajam kukunya mulai mencengram punggungku, sambil berusaha sampaikan bahwa tak ada kondom disitu…. Dan tolong keluarkan di luar nanti ya….

“Bodo amat …” Cuma itu pikirku
Mencoba sedikit mencoba membuka kancing bra wanita cantik itu, dengan gigi… sekarang aku sudah dibelakang wanita itu, semua pekerjaan membuka bajunya dan branya… kukerjakan dengan gigi dan lidah… sementara tanganku tetap mengenggam erat tangannya… yang sepernya sudah tak ada pemberontakan ….

Entah kesombongan entah apa namanya. Tapi jelas wanita itu kuat menggigit bibirnya melawan hawa panas serangan ilmu hitamku siang terik itu…sesekali lepas gengaman tangannya dia Cuma mencakar kuat paha, punggung atau bagian apapun tubuhku yang bisa digapainya

Masih di belakangnya,
Sekarang ku gengam payudara putih itu, tidak besar… jelas masih kencang
Sementara dari belakang daku masih mencoba mengigit pinggul belakang wanita itu pelan sambil sesekali menyapunya kemudian dengan lidah kering, dan lidah berhenti di atas belahan pantat wanita itu. Ku anggap saja sebagai meqi… ujung pantai itu mulai tersapu dengan lidahku dan tanganku mulai memilin tenang ujung putting wanita itu …

“Tidak !!!!…tidak “….. ahhhhh
Akhirnya tak kuat dia menggiit bibirnya sendiri mencoba menahan agar tak seperti kepingin. Sekarang kain bantal yang mulai di gigitnya… hebat wanita ini, dia tak mau menunjukkan bila dia menginginkan itu
Rancak bibirnya terakhir Cuma berpesan agar jangan keluarkan di dalam… jangan keluarkan di dalam

Badanku yang besar, sekarang sudah mudah membaliknya dan mulai menggigit perut dan menjelajahi perut putihnya dan berhenti di pusar… kumainkan sebentar lidah disana, dan ketika kulepas genggamanku dan terasa lagi cengkraman di bahuku akan kukunya…. Lepas, kusikat putingnya….

Skrng jelas suaranya ku dengar… ahhh panjang lengkuhan….
Sudah hampir 15 menit foreplay berjalan, sialan baru keluar juga itu lengkuhan ….
Walau setengah mati di tahannya menutup paha… sedikit kupaksa dan terbukalah akhirnya

Bau khas dari lubrikasi nafsunya mulai tercium….
Nah ini dia, akhirnya ilmu pamungkas empu gandrang keluar juga….
Sulit menceritakannya, mungkin praktek langsung aja nanti klo ada sister yg sudi menjadi tumbal…
Akhirnya Cuma menggeleng kiri kanan sementara tangannya ganti mencakar kasur dan bantal…
Tak ada lagi hambatan… ahhhh ahhhh hhiiiiiihhhhhh…. Akhirnya suara itu keluar juga….
Dan sekoyong2 dia terduduk… tangan kirinya menyangga di belakang tubuhnya sementara tangan kanannya mencambak keras rambutku …. Big O akhirnya…. Sambil tetap berteriak TIDAK !!!!!

Belum terkulai wanita ini, tangan yang mencambak rambutku mulai seperti belaian…
Ampun bapaknya ver*** kenapa kau buat begini saya ….. suara itu yang keluar dan sebelum selesai Aku kulum habis bisirnya …..

Tonggkat sakti di arahkan pada rengkahan merah vaginanya
Satu dorongan masuk seluruhnya…. Dan tanpa suara cengkraman di punggung ku dapat lagi….
Sementara naik turun naik dan turun tongkat ajaib mengkorek habis dalam2…..
Satu dorongan, dan mulai diimbanginya dengan menahan pinggulku… dan seperti lantunan dangdut ban berjoget, wanita itu berusaha mencarikan O yang keduanya….

Sialnya aku tak tahan…. Habis digoyang seperti itu geli banget
Akhirnya cepat ritme tercipta dan ingin segera ku cabut tongkat sakti itu dan menumpahkan di perutnya
Tapi ……. Ternyata, ditahanya pungggungku dan mulai digigitnya bahuku….

“ biar mi saja diu dalam ….. Biar mi…. kasih keluar ka’ ndak tahan saya ….”
Dan dengan sedikit gerakan terakhir …. Muntah juga maniku di dalam bersama gigitannya di bahuku
Sementara cakaran yang entah keberapa kurasakan di punggungku ….
Gila….

Sekarang entah gimana bayarnya…. Seluruh isi dompetku ku berikan padanya
Tapi waktu pulang…. Diberikannya daku 50 rban… buat makan coto katanya

Gila…. Tetanggaku ini … tetangga di PP, ampun
Doaku semoga ini terulang…. Dan memang terulang lagi waktu kopdar Makassar capter edisi Januari yang kebetulan diambil lokasi di PP tersebut …. Pesertanya sekitar 14 org member Makassar
Semua menjadi kejadian tak terlupakan … sungguh… bencana atau berkah ??? sekian cerita om

Jangan lupa kunjungi pacar sewaan yang asik buat nongkrongin cewek jablay.

Comments (1)